7. Kesempatan

40K 4.4K 302
                                    

Sebenarnya chapter ini dipost minggu kmrin. Namun mendadak tulisan yang uda hampir jadi pada folder Waatpad ku hilang 😡😡 gtw gara2 apa. Dan terpaksa ane nulis lagi.

Saya harap pembaca bersabar dan tetap setia menanti cerita ini.

***

Pagi-pagi sekali seluruh masyarakat dikejutkan dengan banyaknya mayat bergelimpangan. Darah tercecer dimana-mana, beberapa bagian tubuh lepas dari tempatnya. Mereka mati mengenaskan.

Tempat pelelangan wanita itu dalam semalam berubah menjadi tempat jagal manusia. Para saksi, yakni gadis-gadis yang hendak dijual hanya terbungkam dengan tubuh gemetar. Mereka menitikkan air mata antara ngeri dan bahagia.

Bahagia karena para manusia laknat itu telah mati.

Sang pembantai begitu cepat dalam menghabisi korban hingga nyaris tak terlihat wujudnya. Yang mereka ketahui hanyalah sekelebat bayangan putih melesat bagai petir. Dalam satu sayatan, tubuh manusia - manusia itu sudah tersungkur. Jeritan kesakitan terdengar di sepanjang rumah yang menjadi penyalur para wanita.

Tidak ada yang dilukai selain para manusia tak bermoral. Penjual wanita maupun pembeli yang siap menampung gadis-gadis yang hendak diperbudak.

Kerumunan dibubarkan setelah petugas keamanan datang dan membereskan mayat-mayat tersebut. Kejadian ini sama halnya dengan kematian satu keluarga secara tragis, yakni kematian bangsawan Haye. Tidak ada yang tahu penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian mereka. Dan hal ini menimbulkan keresahan bagi warga di sekitar.

Orang-orang mulai bergumam dan menyebarkan rumor bahwa siluman maupun makhluk tak kasat mata lah yang melakukan semua ini.

Dan tak jauh dari sana. Di tengah kerumunan penduduk yang memadati lokasi TKP. Seseorang menarik sudut bibirnya. Pria itu kemudian berjalan pelan menjauhi kerumunan dan menghilang layaknya ninja.

****

Suwa membasuh wajah. Air sungai terasa menyejukkan. Mengatur jantung yang sejak kemarin berdegup gila. Dirinya mencoba menstabilkan pikiran.

Kemarin, sang Falcon terakhir telah melakukan pembunuhan lagi dan itu atas perintah dirinya. Kini, entah kenapa rasa cemas menyelimuti gadis itu.

Seharusnya kau tertawa bahagia Suwa, menyingkirkan manusia-manusia tak berhati seperti mereka. Meloncat penuh kemenangan, kalau perlu kau datang mengejek dan meludahi wajah-wajah brengsek itu.

Menyaksikan bagaimana mereka merenggang nyawa dengan tawa lebar.

Tapi Suwa tak berani melakukannya. Kemarin, dia hanya beringsut duduk di bawah pohon sembari menutup telinga saat Ludra menghabisi mereka. Tubuhnya bahkan ikut gemetar membayangkan bagaimana makhluk bermata perak itu melancarkan aksinya.

Seharusnya dia bahagia bukan?

Tapi kenapa hatinya menjadi tidak enak dan merasa berdosa?

Ya ampun bodoh Suwa singkirkan pikiran itu!

Runtuknya dalam hati.

Sedari tadi ia mondar-mandir tak karuan, sesekali memainkan kedua tangan merasa gelisah tanpa sebab.

Zie sang elang raksasa yang duduk menselonjorkan tubuhnya di atas tanah ikut menggerakkan bola mata ke kiri dan kanan mengikuti arah gadis itu. Zie merasa pusing sendiri.

Sementara Ludra hanya memperhatikan tingkah gadis itu dengan ekspresi datar.

"Aku mencium kekuatan semakin meningkat."

Sebuah suara menghentikan pergerakan Suwa. Dirinya menoleh, berikut dengan Ludra maupun Zie.

Gadis itu menelengkan kepala. Manik gelapnya memandang bingung. Siapa pria yang tiba-tiba muncul di balik pohon?

FALCONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang