17. Mata (B)

35.1K 4.5K 343
                                    

Menemani kalian yang kelabu.

***

'CRASSHH.'

Cripatan darah berada di mana-mana. Suwa terbelalak. Ludra sudah berdiri di belakang makhluk itu dan memotong kepala Aung dengan pedangnya.

Ngilu dan syok membuat Suwa gemetar. Terkulai lemas dan seketika roboh. Ludra dengan cekatan menopang tubuh Suwa. Membawanya kembali bersandar di batang pohon. "Dasar keras kepala, sudah ku bilang jangan menjauh dari ku."

Suwa hanya terdiam. Lagi-lagi memang kesalahannya. Sudah berapa kali ia hampir mati. Dan sudah berapa kali pula makhluk ini menolongnya.

"Diam di sini!" Atensi Ludra beralih ke tubuh tanpa kepala yang masih berdiri tegak.

Perlahan, kepala Aung tumbuh kembali.

Tentu saja Suwa semakin syok. Astaga, dia pikir ini sudah selesai. Bagaimana bisa seorang yang dipotong kepalanya bisa kembali tumbuh? Suwa menahan nafas. Hanya bisa berdoa, semoga kali ini Ludra menang melawan makhluk itu.

"Kita bertemu lagi." Aung berguman. Meloncat. Menghindari serpihan es berbentuk jarum yang Ludra lemparkan ke arahnya.

"Ya, aku memang mencari mu." Sahut Ludra dengan senyum misterius.

Mereka melompat. Bertarung sengit. Memunculkan kekuatan masing-masing. Ludra dengan kekuatan es nya sedang Aung dengan keahlian pedang ajaibnya. Ketika Aung serius memainkan pedang, asap hitam menyembul keluar membentuk bayangan naga di sana. Seoalah pedang tersebut bertransformasi menjadi naga hitam berbentuk asap.

'KRETAKK'

Pedang es Ludra patah beradu dengan pedang sakti Aung. Ia terhuyung mundur. Tak kehilangan akal, Ludra menciptakan es untuk membelit kaki Aung agar tak bisa bergerak.

Kesempatan tersebut Ludra gunakan untuk menyerang Aung. Menghilang, kemudian dalam sekejap Ludra sudah berada di dekat Aung. Menyayatnya dengan belati es.

'CRASHH.'

Aung roboh. Pedang yang ada di tangannya jatuh.

Tapi, bukan disebut anak buah andalan sang kegelapan jika hanya dengan ini dia mati.

Tubuh jangkung Aung mendadak bergerak-gerak. Kulitnya seakan mendidih. Topeng putih yang membalut wajahnya pecah. Perlahan, rahang Aung bergerak maju. Memunculkan moncong serupa serigala. Gigi-giginya mencuat. Pun dengan tubuh jangkung yang kini berubah membesar nan kekar. Dia bahkan berubah semakin tinggi dari ukuran awal. Pakaian yang ia kenakan robek seketika.

Ya, Aung adalah siluman serigala.

Dan bentuknya ini jauh lebih menyeramkan dibanding bentuknya semula.

Suwa meneguk ludah. Dia sungguh ketakutan. Berharap lari saja dari sini. Tapi apa daya, tubuhnya lemas. Tulang-tulangnya remuk redam. Bergerakpun dia kesulitan.

Bagaimana kalau Ludra kalah?

Bagaimana kalau makhluk ini memangsanya?

Mata bengis Aung melirik Suwa. Seakan memberitahu gadis itu bahwa ia harus bersiap untuk mati setelah ini.

Suwa langsung memejamkan mata. Tak mau melihat wujud mengerikan itu yang akan membuatnya terbayang-bayang.

FALCONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang