14. Desiran

42.9K 4.2K 288
                                    

Mata Suwa melebar. Ia membeku dengan tubuh menegang. Tidak bisa berbuat apapun. Seolah seluruh sarafnya tersihir agar tidak bergerak.

Untuk ke tiga kali Ludra mendaratkan bibirnya ke lekukan leher gadis itu. Di mana sang Falcon terakhir pernah menandainya. Sebuah cahaya kuning keemasan menguar seketika saat Ludra menyerap sinar tersebut dengan bibirnya yang dingin nan lembut. Tidak, bukan sebuah hisapan atau gigitan seperti vampir yang tengah menyerap darah mangsa. Melainkan sebuah ciuman.

Ya, Suwa merasa apa yang dilakukan Ludra padanya sekarang bukan seperti saat pertama makhluk itu menandainya. Ini berbeda, sungguh berbeda. Tanpa sadar Suwa mencengkeram bahu Ludra. Memejamkan mata. Meresapi suatu hal aneh yang muncul perlahan di bagian terdalam organ tubuhnya. Seakan sebuah angin berhembus melewati sel-sel tubuh. Secara merata, menyeluruh menciptakan sebuah desiran.

Tak beberapa lama, luka tusukan di punggung Ludra perlahan menutup. Ludra menjauhkan kepala, bersamaan itu sinar keemasan mulai meredup lantas menghilang.

Ada senyum samar di bibir Ludra terutama saat Suwa kembali membuka mata lantas mengerjap beberapa kali sebelum dengan cepat menunduk. Menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Ka-kau perlu diobati." Suwa jadi salah tingkah. Memalingkan wajah hendak pergi namun Ludra mencekal lengannya.

"Aku sudah sembuh." Ludra membalik badan. Memperlihatkan punggungnya yang sudah bersih. Tak ada luka maupun bekasnya.

Suwa menganga terkejut, "Bagaimana bisa?"

"Kau ingin ku tunjukkan caranya lagi?"

Sontak Suwa menggeleng cepat menyadari maksud Ludra.

"Ka-kau tak boleh melakukan itu lagi!" Menutupi rasa canggung, samar-samar Suwa melayangkan protes.

Ludra memincing sebelah alis lantas bersendekap, "Kenapa?"

"I... itu tak sopan." Entah kenapa gelagat Suwa menjadi aneh saat Ludra sama sekali tak merespon. Pria itu hanya menatapnya, menunggu Suwa melanjutkan apa yang ingin disampaikan.

Suwa menelan saliva, tak kuat menerima tatapan itu. "Bagi manusia jika seseorang berlainan jenis bersentuhan seperti yang kau lakukan tadi. Itu tindakan tak sopan."

Mendengar ocehan Suwa, bibir Ludra berkedut. Untuk pertama kali makhluk ini menyeringai. "Sayangnya aku bukan manusia."

Tak kuat.

Sekarang Suwa benar-benar tak kuat. Tatapan Ludra begitu dalam hingga membuat sekujur tubuhnya engap. Sebelum sekujur kulitnya memerah seperti wajahnya. Buru-buru Suwa melangkah ke luar. Meninggalkan Ludra yang tersenyum samar melihat tingkahnya.

Setelah keluar. Suwa menyenderkan punggung di balik pintu. Menyentuh dada, ia merasakan jantungnya berdegup gila saat ini.

Astaga!!

Apa yang terjadi padaku?

****

Pria berjubah itu seketika bangkit dari duduknya. Spontan asap hitam menguar menyelimuti tubuhnya.

Di balik topeng emas, Dosta menutup mata, sedetik kemudian dia sudah berada di tempat berbeda.

FALCONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang