3 - Menjalankan Sebuah Eksperimen

49 2 2
                                    

Dengan keahliannya merasuki tubuh manusia membuat Arwah bisa mengatasi kebutuhan hidup tubuh "pinjamannya". Ada-ada saja ide konyolnya.

Sekali waktu ia duduk di tepi jalan, sejurus kemudian ia keluar dari jasad Lamun, merasuki tubuh orang kaya yang lewat kemudian menyedekahkan uang dalam jumlah besar di kaleng rombeng miliknya.

Arwah berpikir dirinya sudah telanjur mendapat cap buruk di alam arwah, jadi sekalian saja.

Mengorbankan dirinya demi menyelamatkan orang lain, tidakkah itu sungguh perbuatan mulia?

Ia membuka rekening, lalu mulailah dia merasuki tubuh orang kaya yang sedang menggunakan mesin ATM dan mentransfer sejumlah uang ke rekening miliknya, untuk dijadikan modal usaha.

Sedikit terlambat ia menyadari kalau kelakuannya itu kemungkinan berdampak pada Lamun. Sebab, kelakuan buruk itu akan tercatat sebagai dosa pada buku amalan Lamun, bukan dia. Catatan amal dia sudah tutup buku.

Sampai di situ, timbul rasa tidak tega bahwa suatu hari nanti Lamun menjadi seperti dirinya, terhina dan mendapat fitnah kubur.

Arwah menyadari benar, dirinya tidak bisa lagi mengulang hidup di dunia fana.

"Tapi aku masih bisa memberi ilham kepada manusia, minimal kepada Lamun," teguhnya.

Sejalan dengan tekad itu, benaknya memunculkan sebuah ide menunggangi kehidupan Lamun untuk membenahi amalan buruk dirinya di masa lalu.

Salah satu sandungan hingga ia tidak mendapat tempat di alam arwah adalah utang-utangnya. Semasa hidup, ia banyak merampas uang orang lain yang rupanya itu tercatat sebagai utang.

Maka ia menggagas sebuah eksperimen. Mengumpulkan uang melalui sebuah usaha, lalu menitip dalam buku perusahaan itu perintah untuk membayar sejumlah utang atas nama dirinya.

Sejalan dengan misinya membantu kehidupan Lamun, ia juga berkesempatan memperbaiki diri sendiri dari masa lalunya.

Ia punya keahlian merasuki tubuh orang yang dengan itu bisa membuatnya memperoleh banyak uang seketika. Tapi itu tidak akan dilakukannya lagi.

Menghapus dosa dengan cara-cara yang nista sama saja bohong. Ia menyimpulkan harus membangun bisnis dengan cara yang lurus agar uangnya halal.

Lagipula, jika ia melakukannya sendiri, itu tidak akan dicatat sebagai amal karena riwayat hidupnya sudah tamat. Harus ada orang lain yang masih hidup yang melakukannya. (*)

Lamunan si LamunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang