"Ternyata mencari rezeki halal itu susah. Sangat jauh berbeda dengan menjalankan usaha haram," batin Arwah.
Memang, usaha yang digelutinya semasa hidup di dunia dahulu adalah bisnis hitam. Tapi cara melakukannya justeru dengan cara-cara yang bermoral dan beretika. Komitmen dipegang teguh, integritas dijunjung tinggi.
Berbisnis dengan penjahat, kadang tidak pernah bertemu muka untuk melakukan transaksi, melainkan hanya bermodalkan saling percaya. Namun semua berjalan pada tempatnya.
Saat berbisnis narkoba misalnya, ketika mengambil "barang" untuk pertama kali, Arwah ditutup matanya, dibawa ke suatu tempat yang tidak dikenalinya.
Kalau mau curang, ia bisa saja dibunuh lalu koper uangnya diambil. Tapi tidak.
Setelah mendapat kepercayaan, segalanya akan melangkah maju dan berkembang. Hari-hari berikutnya, ia hanya perlu mentransfer sejumlah uang, lalu esoknya "barang" sudah ada depan rumahnya tanpa tahu siapa yang membawa, jam berapa.
Ia hanya mendapat pesan di pagi hari melalui handphone agar mengecek di pot bunga.
Menjalani hidup normal dan menjalankan bisnis legal ia malah sering kena tipu. Layaknya dirampok, uangnya sering amblas dibawa kabur.
Tidak jarang ia diberi barang palsu, takarannya kurang, macam-macam. Sudah itu, harganya dipermainkan pula.
Arwah pening juga menghadapinya. Bila ada orang seperti itu di dunia hitam, dapat dipastikan esok hari sudah ditemukan mayatnya di tepi jalan dengan kondisi yang mengenaskan.
Semacam seleksi alam, maka orang munafik, pembohong, tukang tipu, tidak bisa hidup di dunia hitam. Sebab itu dunia hitam tetap terisi hanya orang-orang yang bermoral dan memiliki integritas tinggi. Sekali berbuat curang tidak akan pernah lagi dipercaya.
Bukan cuma sanksi sosial, ia juga dikenakan sangsi hukum kendatipun yang diterapkan adalah hukum rimba. Yang jelas, ada hukum. Bukan seolah-olah ada hukum seperti di dunia putih di mana kebenaran bisa dibeli, demikian pula integritas dan kehormatan.
Tidak mengherankan di dunia putih banyak berkeliaran orang jahat. Kenyataannya, hanya orang jahat yang memiliki uang.
Melalui cara-cara yang lihai, mereka "merampok" orang baik-baik.
Usaha-usaha halal pada gilirannya dikuasai orang-orang yang tidak memiliki moral dan integritas itu.
Di dunia putih, orang tidak bisa mengandalkan modal kepercayaan semata, sebab bahkan perjanjian di atas kertas bisa diingkari.
Mengadukan nasib pada petugas hukum, juga sama peningnya. Melaporkan kehilangan ayam malah bisa-bisa kehilangan kambing. Terlalu banyak kantung yang harus diisi. Siapa pun yang bisa mengisi kantung-kantung itu meski dalam posisi salah bisa jadi benar.
"Pantas saja orang baik mendapat tempat istimewa di alam kubur, ternyata memang berat menjadi orang baik," Arwah manggut-manggut. (*)

KAMU SEDANG MEMBACA
Lamunan si Lamun
FantasyLamun merantau ke negeri khayali. Di sana ia berubah menjadi orang kaya raya dan menikah dengan dirinya sendiri. Tapi cinta kepada seorang wanita telah membuatnya kembali ke dunia realitas meski harus menjadi jembel.