15 - Kembang Cinta

23 1 0
                                    

Lamun mendaki sebuah bukit sambil menyandang seikat kembang. Ia mendatangi makam Senandung.

Sedikit sekali pertemuan dengan Senandung, itu pun dalam mimpi, tapi kesan di hati Lamun begitu dalam dan indah. Pertemuan di dimensi khayal itu seolah-olah bukan khayalan.

"Karenamu aku kembali," Lamun berlutut di pusara yang belum kering benar. Matanya redup, hatinya temaram.

"Aku baru saja hendak memulainya tapi kau keburu mengakhirinya," lirih Lamun.

Langit sore merona jingga. Kenangan bersama Senandung satu persatu berkelebat di pelupuk matanya dalam warna sepia, seperti kelebat bayang-bayang kelompok burung camar yang beranjak pulang di ujung petang itu.

Di depan batu nisan bertuliskan Sephia Nanda Manurung (Senandung), ia meletakkan seikat kembang yang tersemat kepadanya sebuah catatan:

Apa Bedanya Hayalan dan Kenyataan Kalau Kita Percaya. Aku cinta kamu dalam khayalan dan kenyataan. Dariku, Lamun. (*)

Lamunan si LamunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang