8 - Tidak Bergeming

16 1 0
                                    

Di balik kemewahan hidup Lamun dalam dunia hayal, diam-diam ia merasa gelisah.

Memang, Lamun bisa mengkhayalkan perempuan model apa saja. Tapi dalam dunia khayal--karena perempuan-perempuan itu tidak pernah nyata-mereka bisa saja dirampas orang lain terutama bila orang lain itu--seorang warga dalam dunia hayal--menginginkannya untuk dicumbui juga.

Perempuan di dunia khayal layaknya pelacur di dunia fana. Namanya pelacur, semua orang bisa membuat janji kencan. Boleh jadi pelacur itu adalah pacar atau istri gelap seseorang. Tapi orang lain juga bisa melakukan hal yang sama dan tidak seorang pun dapat mengajukan sanggahan atau gugatan. Sambil berperan sebagai pacar atau istri, ia adalah pelacur yang setiap saat bisa digandeng orang lain.

Begitulah, terkadang sementara Lamun duduk berdua istrinya bermanja-manja di taman istana khayalnya, tiba-tiba istri Lamun melayang dan terbang dari sisinya. Lalu, dilihatnya di sudut sana istrinya dicumbu orang lain. Di depan matanya pula. Kalau sudah begitu, Lamun biasanya menciptakan perempuan baru lagi sebagai istrinya.

Program istri lama dan anak-anaknya yang disimpan dalam otaknya tinggal di ctrl+A+delete, selesai.

Begitu seterusnya. Lamun berpendapat, semestinya di dunia khayal ada kantor hak cipta, supaya setiap orang bisa mematenkan karya intelektualnya. Dengan begitu, setiap orang bisa melindungi isterinya yang susah payah dibuat melalui kreasi imajinasi dengan sentuhan seni yang tinggi.

Hanya keadaan inilah yang benar-benar mengganjal perasaan Lamun. Ia ingin sesuatu yang privat. Seorang perempuan yang hanya dimiliki seorang diri, yang mana perasaan kedua insan diikat oleh sesuatu yang kuat melalui aturan yang disepakati bersama-sama. Selama adanya ikatan itu, orang lain tidak boleh menyentuhnya. Melanggarnya adalah kejahatan dan mesti mendapat sanksi.

Ia jadi ingat metode pernikahan di dunia realita. Sebuah metode yang tampaknya sepele, sebagian orang menilai buang waktu dan tenaga, namun efeknya terhadap keteraturan kehidupan sungguh luar biasa.

Hanya saja, Lamun tidak sudi lagi kembali ke dunia realitas. Ia enggan menerima kenyataan hidupnya di dunia sebagai pemulung. Meski ada sedikit kekurangan, ia merasa keadaannya jauh lebih bagus di alam khayal. (*)

Lamunan si LamunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang