4. Tawuran I

53 29 27
                                    

"WOI KESINI LO ANJING!"

"BANGSAT LO."

Berbagai macam teriakan suara khas remaja laki-laki mengema di gang sempit pemukiman warga, tak jauh dari letak SMA Wijaya. Ada dua kubu yang masih mengenakan seragam milik sekolah masing-masing, mereka tak hentinya saling adu kekuatan hingga saling lempar-lempar batu.

Tindakan mereka membuat seluruh warga menjadi takut sendiri, bagaimana tidak, mereka yang semuanya adalah para murid SMA Trisakti dan SMA Wijaya tambah saling hantam dan memporak porandakan gang kecil itu. Juga beberapa malah ada yang saling pukul mengunakan balok kayu ataupun sabuk milik masing-masing.

Tawuran semacam itu memang sering terjadi diantara dua sekolah yang berseteru tersebut. Hal sepele lah yang selalu menjadi alasannya.

Elang sedari tadi masih tak cukup puas untuk tidak memukul musuhnya itu. Meski kini lawannya ada dua orang, ia tak menyerah begitu saja, ia membalas tindakan dua orang murid Wijaya itu dengan tangan kosong.

Bruk..

Sekali lagi tinjuan Elang tepat mengenai wajah salah seorang musuhnya. Namun kini belum sempat Ia bangkit, musuhnya yang lain melayangkan sebuah balok kayu pada laki-laki itu.

Elang menutupi kepalanya dengan lengannya sendiri, ia ambil seluruh resikonya, yang pasti jangan sampai benda sialan itu melukai wajah kebanggaannya.

Brak..

Seseorang menendang tulang kering murid Wijaya yang hendak melayangkan balok kayunya. Laki-laki itu terkekeh setelah melihat lawannya terhampas ketanah dan mengerang kesakitan.

Dia yang menolong Elang tadi menjulurkan tangannya, membantu anak Trisakti itu untuk bangkit.

"Anak Wijaya tambah brengsek aja." katanya sembari membantu Elang berdiri.

"Thank's Kan."

Dan sekarang terdapat empat murid Wijaya menatap nyalang Elang dan Arkan, mereka tidak terima dua teman sekolahnya dibuat teronggok tak berdaya diatas paving.

Arkan mendecih dan kini mulai melakukan gerakan kuda-kuda, siap menghajar dua diantara keempatnya, karna yang duanya lagi menjadi urusan Elang.

Berbagai jenis gebukan dan pukulan antara kulit ke kulit kembali terdengar, situasi makin memanas saja, ditambah kubu Wijaya yang muridnya bertambah banyak, berbeda dengan anak Trisakti yang hanya membawa beberapa peserta.

Suara sirine polisi terdengar dari kejauhan, membuat seluruh siswa tawuran itu menghentikan aktifitas mereka sejenak.

"Shit." batin Elang.

"Lari Bar, lari." Teriak Elang pada Bara yang sedang asyik menghantam wajah musuhnya.

"POLISI WOI, LARI LARI!!" Tawuran itu terhenti seketika.

"BANGSAT."

Keadaan menjadi tambah kacau, siswa-siswa itu berhamburan kemana saja untuk menghindari para polisi. Bahkan ada yang melarikan diri kedalam gang-gang sempit rumah warga.

"Mobil gue disana. Ayo cepet." kata Arkan menunjuk arah gang besar.

Dengan cepat empat laki-laki itu berlarian mengikuti Arkan.

hallo Anne!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang