And I know what kind of person they are.
.
.
.
Dia bukan gadis cantik yang banyak di puja kaum adam, ia hanyalah gadis biasa yang meyakini bahwa kesederhanaan akan membuat hidupnya tentram.Namanya Dianne, biasa disapa Anne. Berambut coklat yang didapat dari keluarga sang ayah, juga mata bulat dengan bulu mata lentik yang indah, berbeda dengan hidung kecil mancung dan bentuk bibir mungil yang berasal dari gen ibunya.
Anne bukanlah gadis pendek, tapi tidak bisa dikatakan tinggi juga, ukuran tubuhnya adalah ukuran rata-rata remaja indonesia. Pipinya terlihat tirus, namun jika ia telah senyum dan menampakkan gigi kelincinya, maka dua sisi berlesung pipit itu menjadi chubby dan mengemaskan, ditambah matanya yang akan menyipit setiap ia tersenyum terlebih ketika tertawa.
Kulitnya putih bersih, begitu juga dengan wajahnya yang terlihat mulus, dengan tahi lalat kecil bertengger dibawah mata yang tidak terlalu kentara jika dilihat.
Saat itu Anne sedang menjalani masa orientasi siswa hari kedua, mata coklat sayu miliknya mengikuti tindakan para siswa lain, memandang murid yang bergerombol. Seluruh mata menatap keluar kelas, melalui jendela yang menghadap langsung pada lapangan bendera disana.
Kekacauan ditengah terik matahari tersebut sontak menjadi tontonan bagi seluruh siswa baru.
Anne mendesah pelan, ia tahu nama si perusuh disana, yaitu Elang. Laki-laki yang terkenal bandel dan suka mencari masalah dengan anak-anak OSIS. Tak sedikit para murid SMA Trimurti nge-cap dia sebagai si pembuat onar, begitupun dengan Anne. Sejak sehari lalu Elang menjadi terkenal karna kemarahannya pada ketua OSIS, seseorang yang berniat menghukumnya saat ke-gap tidak ikut ucapara pagi.
Sejak saat itu laki-laki berambut hitam tersebut selalu menjadi bahan omongan, entah siswa laki-laki yang menganggap kelakuannya keterlaluan, atau ada juga yang mungkin sekedar iri dengan nyali pemberaninya.
Jika dari murid perempuan sendiri, ada seperti perkumpulan siswi baik-baik yang jengah dengan sikapnya, namun itu tak sebanding dengan banyaknya para perempuan yang selalu memujanya, mereka beranggapan bahwa Elang termasuk tampan, keren, jantan dan berbagai bentuk pujian-pujian lainnya.
Anne sendiri bingung bagaimana jalan pikiran perempuan jaman ini, dimana bad boy malah terlihat enak dipandang mata dari pada laki-laki pendiam yang jelas-jelas baik seperti kak Fano ataupun Fattan.
Selanjutnya Anne berekspersi kaget, ia tak menyangka bahwa Elang, Bara dan Bryn berlanjut saling berseteru dipinggir lapangan, entah apa yang dibahas, tak banyak yang tahu, mungkin hanya beberapa anggota OSIS yang bersangkutan.
Tak lama, Elang tampak mendorong satu anggota OSIS didepannya, hingga lawannya itu hampir tersungkur jika saja tak ada tiga teman yang nopang tubuhnya.
Dan seketika tujuh orang dilapangan itu menjadi bahan tontonan asyik siswa-siswi yang berada didalam dikelas. Keadaan terlihat semakin kacau, para anggota OSIS yang berjaga ditiap-tiap kelas nampak lari ngehampiri mereka, ditambah kini Elang malah menonjok laki-laki yang ia dorong tadi.
Ngeri, itu yang ada dipikiran Anne melihat Elang yang sudah seperti macan, siap menerkam musuhnya siapapun dia. Lihat saja, tubuh laki-laki itu ditahan oleh lebih dari lima orang yang dua diantara-nya adalah teman se-gengnya sendiri, tapi nyatanya, Elang masih bisa berkutik, kakinya meronta dan dengan bebas menendang anggota OSIS didepannya.
Kini hampir dua tahun Anne berada disekolah itu, segalanya tampak berjalan dengan mulus seperti perkiraannya. Ia termasuk siswi beruntung karna mudah beradaptasi dengan orang lain. Sifatnya yang baik dan gampang bergaul itu yang membuat Anne kini telah berteman dengan Shenina, Aira, Difda dan Nirina.