I'm not alone
You'r not alone
Tapi kenyataannya saat itu dan sekarang aku tetap sendiri. Aku masih sendiri di saat aku jatuh, terpuruk dan hampir tak bisa bangkit lagi semuanya pergi, tak ada yang menemaniku di sini.
«※»
Aku duduk bersandar pada lemari di kamarku. Kualihkan pandanganku menatap setiap sudut dan dinding yang dihiasi lampu berwarna hijau dan ungu menyatu dengan warna pink pada dinding apartemenku.
Alunan lagu dari Arash-broken angel membuat hatiku bergetar dan pikiranku melayang pergi jauh kembali kemasa lalu.
Masa lalu yang begitu kelam dan menyakitkan. Masa-masa dimana aku jatuh terpuruk dan berusaha bangkit seorang diri. Bahkan aku hampir mati jika tidak ada Allah Tuhan yang maha Esa, yang slalu ada dihatiku melindungiku, menyadarkanku, menguatkanku dari segala masalah hidup ini.
Rasa lelah bin cape begitu terasa nyata ditubuh dan pikiranku.
"Sampai kapan aku akan seperti ini? Bekerja 12jam setiap harinya. Pergi pagi pulang malam, pergi malam pulang pagi.
Aku tidak menyangka hidupku kan berakhir seperti ini. Aku yang memiliki cita-cita begitu tinggi. Ambisi yang slalu menggebu-gebu di dalam hati ini. Tapi harus musnah saat ini, saat kenyataan yang sesungguhnya aku tak bisa mewujudkan mimpi-mimpiku ini.
Pikiranku kembali pergi kemasa lalu, masa dimana aku slalu merindu akan sosok seorang ibu.
Disana, Maya kecil slalu bermain riang gembira, tersenyum sempurna, tapi disaat sendiri aku menangis. Aku tersakiti dengan semua cerita teman-tanku yang memiliki keluarga yang utuh. Hidup bersama orang tua yang slalu ada dan menjaga mereka.
Hatiku selalu sakit dan bulir bening slalu meluncur terjun bebas dari mata ini. Padahal saat itu aku slalu menutup mata dan menutup hati agar tidak peduli. Tapi kenyataanya aku tetap sendiri disaat itu. Tak ada satu orangpun yang datang mewakili orang tuaku.
Maya kecil berjinjit dan mendongak, mengintip dari balik jendela kaca dibelakang kelasnya. Ia menerawang kesetiap sudut ruangan. Tapi, ia tak mendapati seorang yang dicarinya. Seorang yang slalu ia harapkan datang disetiap pertemuan orang tua murid. Disetiap pengambilan raport hasil sekolahku selama satu tahun.
Tapi rasanya setiap tahun tetap sama tak ada. Dia selalu sibuk dengan lekerjaannya. Dia tak akan datang hanya untuk menghadiri rapat pertemuan orangtua murid.
Setiap tahun aku semakin terbiasa tapi tetap saja disela-sela kebiasaanku itu bulir bening slalu menetes meski hanya sekejap tapi hatiku terasa hancur.
aku menghela napas berat. Kutatap kembali lampu-lampu dikamarku. Pikirku kembali melayang.
"Andai saja aku bisa kuliah. Ingin sekali merasakan bangku kuliah, seperti apa? Bagaimna rasanya?"
Terbesit rasa penyesalan dalam diriku "andai saja aku menerima semua penawaran itu. Andai saja— tapi..,"
Tapi, aku tak mau berhutang budi kepada siapapun. Aku memang ingin melanjutkan kuliah dan mendapat gelar sarjana, setelah itu bekerja di perusahaan yang aku inginkan.
Tapi apalah dayaku. Mungkin takdir berkata lain. Ini pilihanku. Ini hidupku saat ini. Kenyataan hidupku yang seperti ini.
Menyedihkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of My Life
Non-FictionIni adalah sebuah penggalan cerita dibalik kisah nyata yang aku alami disetiap hari, di masa lalu dan masa sekarang di setiap kejadian menyenangkan, menyedihkan, mengharukan, memalukan, menyebalkan, dan masih banyak lagi. Mengenang, dan berbagi peng...