***
Kantung mata hitam itu, wajah pucat itu, bibir kering itu, tak lepas dari penampilan Silver selama dua hari belakangan ini. Seorang artis muda berbakat yang sudah cukup lama melambung namanya di dunia per-film-an Indonesia itu hanya bisa duduk terpaku ditempatnya.
Gaya fresh ala anak muda yang biasa melekat pada diri Silver kali ini lenyap tak terlihat sedikitpun. Wajah cantik khas-nya yang biasa terpampang di layar kaca kini hanya bisa memandang lurus kedepan dengan ekspresi kosong, datar, nyaris tak terlihat hidup sama sekali. Gadis belia 16 tahun itu bagaikan mayat hidup.
"Tersangka, Blue Spectre, resmi dijatuhi hukuman 5 tahun penjara sesuai dengan tuntutan keluarga sang korban atas kasus pemerkosaan yang dilakukan terdakwa terhadap saudari Silver Wizardry."
Suara ricuh disekelilingnya tak menjadi menarik lagi bagi Silver setelah Hakim memutuskan 5 tahun hukuman bagi orang disampingnya, yang sejujurnya ─sangat menjijikan bagi Silver─ untuk dekat dengan orang itu barang satu meter pun ia tak sudi.
"Demikian, sidang ini resmi ditutup."
Ketukan palu hakim seolah menyadarkan Silver pada keadaan. Gadis itu dibantu berdiri oleh ibunya. Silver hanya menurut. Ia meringis pelan saat bagian bawah tubuhnya sesekali mendenyut nyeri setiap ia melakukan pergerakan meskipun sedikit saja.
"Masa iya cuma 5 tahun, Bu? Kenapa gak dihukum mati aja? Mereka gak tau apa yang aku rasain."
Vena mengelus rambut anak gadisnya yang baru saja berbicara meski tanpa menghandap dirinya. Setidaknya ia bersyukur Silver masih mau berbicara dengannya setelah dua hari belakangan ia tak pernah lagi mendengar sepatah kata dari Silver. Ia mengerti, anak gadisnya itu tengah dilanda trauma dan shock berat. Ah, bahkan anak perempuannya itu sudah tak bisa disebut gadis lagi. Hati Vena ikut tersayat memikirkannya.
"Setidaknya, kamu masih beruntung, fans kamu yang gila itu dengan sadar menyerahkan dirinya ke polisi dan gak kabur. Bukannya lebih seram kalau lelaki seperti dia kabur dan bisa melukai kamu lagi kapan saja dia mau?" Ucap Vena dengan suara lembutnya, berusaha membuat anaknya mengerti tentang keadaan yang tengah dialaminya itu.
Mendengar ucapan ibunya, Silver justru semakin lemas, "apa itu artinya aku cuma punya 5 tahun untuk tenang? Itu yang Ibu sebut beruntung?" Untuk saat ini, tak ada hal sedikitpun yang bisa Silver tangkap secara positif.
Disetiap kesempatan, saya akan selalu mendatangi kamu, meski setelah itu saya akan dipenjara berkali-kali
Setidaknya saya sudah mendapatkan sesuatu yang paling berharga dari idola saya.
Suaramu malam ini tentu akan saya rekam di otak saya dan akan saya putar ulang jika saya sedang bosan dipenjara.
Brengsek !
Silver meremas angin kosong ditelapak tangannya. Kepalanya ia hempaskan di senderan kursi mobil milik Vena. Ia tidak ingin memikirkan apapun. Namun suara lelaki bejat itu selalu bersemayam di pikirannya. Kepala Silver seperti ingin meledak. Silver takut. Untuk sekarang, ia bukan lagi gadis pemberani.
Untuk sekarang, Silver terlalu takut untuk menjadi berani.
Silver memejamkan matanya. Ada satu hal yang ia butuhkan sekarang.
Where are you, Asa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Teen FictionAsa Rapuh seperti Balon yang dikelilingi jarum. Harus berhati-hati saat bersamanya, sekali salah melangkah ia bisa hancur. Sedangkan Silver bagaikan jarum ditumpukan jerami. Jika kamu jatuh hati padanya, bersiaplah untuk terluka. Lalu, Apa yang kamu...