Dari kemarin sepulangnya dari toko buku Sejeong berubah jadi pendiam. Dia marah pada dirinya sendiri, dia membodohi dirinya sendiri, dan dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa dia mau dijadikan pelampiasan? Kenapa pacarnya Mingyu tidak marah saat mengetahui dirinya dijadikan sebagai pacar pelampiasan? Kenapa pacarnya Minggyu mau diduakan? Dan kenapa harus Sejeong yang dijadikan pelampiasan? Apa salah Sejeong?
"Jeong? Kau memasak bukan untuk dipandangikan? Cepat makan habiskan sarapanmu jangan buang-buang makanan itu tidak baik" Taehyung memasukan sesuap nasi kedalam mulutnya.
"Iyaa" Sejeong tidak ada selera untuk makan tapi dia harus tetap makan jika tidak dia yang akan dimakan sama Taehyung.
Taehyung tahu kalau Sejeong pasti sedang memikirkan kejadian kemarin di toko buku. Taehyung tidak suka saat Sejeong seperti ini itu bisa merusak kesehatannya. Untuk menghibur Sejeong, dia akan mengajak Sejeong jalan-jalan ke taman. Mungkin menghirup udara segar serta melihat pemandangan indah itu akan membuat keadaan Sejeong membaik.
Sarapan sudah selesai, sebagai suami yang baik Taehyung yang membereskan semua piring dan mencucinya walaupun ujung-ujung akan ada beberapa piring yang pecah. Taehyung menyuruh Sejeong untuk istirahat karena dari pukul 05.30 Sejeong sudah bangun dan membereskan rumah. Taehyung tidak tega jika istrinya itu yang harus mengurus rumah sendiri.
"Biar aku saja yang nyuci semua piring itu Tae. Kalau kamu yang nyuci malah nanti akan memperbanyak pengeluaran untuk membeli piring baru." Sejeong merebut piring yang sedang dibereskan Taehyung tapi gagal.
"Aku tidak menyuruhmu untuk membeli yang baru, kitakan bisa mengambil dari rumah orang tua kita"
"Kamu pikir piring yang ada di rumah orang tua kita itu buat sendiri? Mereka juga beli, Tae."
"Kalau begitu kita suruh mereka untuk buat sendiri saja, bagaimana?"
"Dasar gila" Sejeong sedang malas untuk berdebat hal sepele ini dengan Taehyung dan memilih untuk kembali ke kamar.
"Apa? Aku dikatain gila sama orang gila? Ya Tuhan sadarkanlah istriku" Sejeong mendengar perkataan Taehyung dan melempar tatapan mematikan ke Taehyung.
"Ampun boss" Merasa takut Taehyung menyembah dan melanjutkan mencunci piringnya.
Sejeong memasuki kamar, duduk di kasur sambil memainkan smartphone-nya. Dari dalam kamar dia bisa mendengar suara pecahan kaca yang tidak lain adalah piring bekas tempat makan dia dengan Taehyung tadi. Beberapa menit kemudian Taehyung memasuki kamar sambil cengengesan gak jelas.
"Berapa piring yang kau pecahkan?
"Tidak banyak. Dari lima piring yang kotor aku hanya memecahkannya empat piring."
"Yak kenapa tidak sekalian kau pecahkan semuanya" Sejeong memukul Taehyung dengan guling di sampingnya.
"Aawww yak sakit" rintih Taehyung tapi Sejeong terus saja memukuli Taehyung dengan gulingnya.
"Hentikan Jeong ini menyakitkan" Taehyung menahan pukulan Sejeong dan mendekati Sejeong. Dengan jarak sedekat ini Sejeong dapat merasakan hembusan nafas Taehyung. Jantung Sejeong berdetak dengan cepat seakan mau copot dari tempatnya. Taehyung memiringkan kepalanya, reflek Sejeong menutup matanya. Taehyung tersenyum dan berbisik ke telinga Sejeong.
"Aku memang ceroboh, tapi aku tidak akan membuat istriku jatuh miskin hanya gara-gara piring pecah. Aku tadi hanya memecahkan satu piring aku tidak senganja, aku minta maaf" Taehyung menjauh dari Sejeong untuk mengambil smartphone-nya yang berdering, ternyata ada sebuah pesan masuk.
From: Jimin
"Aku sudah menemukan pekerjaan untukmu, tapi pemilik resto tidak masuk hari ini. Mungkin besok sepulang sekolah aku akan mengajakmu untuk melamar pekerjaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt You
Fanfiction"Aku tau ini salah, aku akan memperbaiki secepatnya. Setelah itu kita akan berjalan pada cahaya kebahagian dimana hanya ada aku dan kau Tae."