"Jim!!" Panggil seorang perempuan namun orang yang dipanggilnya tidak menjawabnya.
"Jimin!!" Teriak perempuan itu lagi, tapi hasilnya sama nihil.
"Yakkk.. Park Jimin!!!" Perempuan itu mulai kesal.
"Dasar tuliiiiiiiiiii" Seketika orang yang dipanggilnya melepas sesuatu yang menyumpal telinganya itu dan berbalik.
"Kau memanggilku?" Dengan raut muka yang bingung dia menunjuk dirinya sendiri.
"Tidak aku memanggil hantu candy jumping" Perempuan itu kesal lalu melipat tangannya di depan dadanya.
"Ohh.." Jimin hanya ber-oh ria kemudian memasangkan alat yang tadi dia lepas. Merasa diabaikan perempuan itu menghampiri Jimin dan melepas earphone yang bertengger di telinga Jimin.
"Apa?" Tanya Jimin.
"Aku benci seseorang"
"Kenapa?"
"Karena aku tidak bisa membencinya meskipun aku selalu diabaikannya" Perempuan itu berjalan mendahului Jimin.
Jimin merasa ada sesuatu yang aneh yang menjalar di hatinya. Kenapa rasa kesal itu muncul setelah perempuan itu mengatakan membenci seseorang dengan alasan karena dia tidak bisa membencinya? Kenapa rasa tidak suka itu muncul saat perempuan itu mengatakan bahwa dirinya diabaikan? Kenapa rasa sakit itu muncul saat melihat perempuan itu menunjukan kesedihannya di depan dirinya? Ada apa denganmu, Park Jimin-ssi?
Jimin mengikuti perempuan itu dari belakang. Perempuan yang selalu memperhatikannya setiap pagi, perempuan yang selalu mengatakan bahwa Jimin itu adalah nutrisi pagi untuknya, Shin Mira.
Selama ini Jimin mengetahui hal itu karena setiap pagi Sejeong dengan Mira pasti akan berdebat tentangnya. Jimin merasa senang jika selama ini ada yang memperhatikannya tapi Jimin bingung harus bagaimana jadi dia pura-pura tidak tahu dan mengabaikannya.
Pernah sekali dia tak sengaja melihat Mira yang sedang memperhatikannya, kedua matanya bertemu dan rasa gugup itu muncul, sedangkan Mira jadi salah tingkah. Jimin membayangkan kejadian saat itu, segaris lengkung terlihat di bibir Jimin, dia tersenyum.
"Aku pikir, aku menyukainya" batin Jimin.
"Heyyyy.. Park Jimin-ssi, jangan senyum-senyum sendiri nanti semua orang di jalan ini yang melihatmu mengira kalau kau kurang waras." Ternyata Mira memperhatikannya dari tadi. Jimin masih tetap dalam mode kalemnya tidak peduli dengan orang sekitarnya, toh mereka juga tidak mengenal Jimin.
"Kau tidak ingin pulang bersamaku?" Tawar Mira. Apa-apaan ini? Kenapa perempuan yang mengajak pulang pertama bukankah seharusnya laki-laki? Tapi Mira mengingat kata-kata Sejeong 'dunia sudah terbalik'. Dia tidak mau mengambil pusing siapa yang pertama, siapa yang berjuang, dan siapa yang mengungkapkan. Yang terpenting pada akhirnya dia bisa bersama dengan orang yang dicintainya, Park Jimin.
"Tumben sekali kau pulang sendirian?" Tanya Jimin. Mereka mulai melangkahkan kaki mereka untuk menuju tempat peristirahatan mereka.
"Bukankah aku selalu sendiri?" Mira menjawab pertanyaan Jimin dengan pertanyaan lagi. Di situ Jimin merasa iba.
"Biasanya kau bersama Sejeong"
"Dia sekarang dan selamanya akan bersama Taehyung"
"Aku tahu. Maksudku, bukankah hari ini Sejeong pulang sendiri karena Taehyung sedang bekerja paruh waktu?"
"Apa? Kerja paruh waktu?" Mira terkejut dengan apa yang Jimin katakan.
"Kau tidak tahu?" Mira hanya membalasnya dengan gelengan kepala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt You
Fiksi Penggemar"Aku tau ini salah, aku akan memperbaiki secepatnya. Setelah itu kita akan berjalan pada cahaya kebahagian dimana hanya ada aku dan kau Tae."