Hurt U #6

319 45 1
                                    

Suasana gaduh di sebuah ruangan tempat menimba ilmu itu sudah terdengar seperti alunan musik yang nadanya tidak beraturan di telinga Taehyung dan membuatnya terganggu dengan kegiatannya saat ini.

"Tae, belum pulang?"

"Belum Jim. Aku masih sibuk cari wifi gratis di sekolah" Taehyung tertawa bareng Jimin.

"Kamu kalau bercanda lumayan lucu" Jimin masih tertawa.

"Lumayan lucu tapi kamu terus tertawa" cibir Taehyung.

Seketika Jimin memghentikan tawanya.

"Kenapa berheti? Ayok lanjutkan"

"Yakk kau ini!! Kamu ada masalah Tae?"

"Aku butuh pekerjaan" jawab Taehyung langsung.

"Apa? Tapi kenapa? Bukankah uang ayahmu cukup untuk membiayai kehidupanmu?"

"Itu dulu saat aku belum menikah, sekarang aku sudah ada Sejeong. Aku tidak mungkin meminta terus-terusan sama ayah aku."

"Tapi ayahmu pasti tidak keberatan jika memberikannya lebih untuk kalian berdua"

"Iya Jim. Tapi aku yang menikahi Sejeong bukan ayahku, jadi aku yang harus menafkahi dia dari hasil keringatku sendiri"

"Aku mengerti. Aku akan membantumu mencarikan pekerjaan."

"Terimakasih Jim"

Jimin tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

"Sejeong kemana?"

"Dia pergi ke toko buku"

"Sendirian?"

"Sama Mingyu"

"Apa? Dan kau tidak ikut?"

Taehyung hanya menggeleng.

"Kamu tidak cemburu?"

"Suami mana yang tidak cemburu saat tahu istrinya pergi dengan pria lain Jim?" Taehyung balik tanya.

"Kenapa kamu tidak melarangnya?"

"Aku takut kalau aku melarangnya, memaksanya untuk tidak pergi bahkan untuk meninggalkan pria itu, justru akulah yang akan dijauhi, dibenci, lalu ditinggalkan. Bukankah cinta butuh pengorbanan, Jim? Mungkin ini pengorbananku untuk mempertahankan Sejeong agar selalu berada didekatku."

"Meski menyakitkan?"

Taehyung mengangguk mengiyakan pertanyaan Jimin.

"Berhentilah mengalah. Berhentilah membahagiakan orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri. Kau juga berhak egois, terlebih untuk kebahagiaanmu."

Setelah mendengar perkataan Jimin tadi, Taehyung sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Jangankan berkata, menggerakan jarinya saja Taehyung tidak mampu. Hanya duduk diam mencerna perkataan Jimin.

"Tae, tidak ada niat untuk pulang? Kelas sudah kosong." Taehyung tersadar dari lamunannya setelah mendapat tepukan di pundaknya oleh Jimin.

"Sudah jangan terlalu dipikirkan perkataanku tadi. Jika menurutmu tidak benar maka jangan lakukan"

"Aku.. aku akan menyusul Sejeong ke toko buku." Segera Taehyung mengambil tas dan pergi meninggalkan Jimin.

Entah apa yang ada di pikiran dan di hati Taehyung, keduanya saling berteriak untuk segera menemui Sejeong. Bukan masalah rindu tapi masalah kecemasan, kekhawatiran yang tiba-tiba muncul.

Sebuah bangunan yang berisi berbagai macam jenis buku tersusun rapih sesuai dengan kategorinya masing-masing. Dua orang siswa dari sekolah yang sama memasuki bangunan yang disebut toko buku itu.

"Hai sayang" sapa Mingyu kepada wanita yang tengah berdiri di depan rak buku yang berkategorikan novel itu.

"Sa..sayang?" Kaget Sejeong.

"Ahh kau sudah datang." Wanita itu senyum ramah kepada Mingyu.

"Dia siapa Gyu? Kenapa kau memanggilnya sayang? Apa dia pacarmu Gyu?" Tanya Sejeong.

"Iya wanita ini pacarku, sudah satu tahun lebih aku menjalin hubungan dengannya"

"Satu tahun lebih? Lalu aku ini siapa bagimu? Bukankah kita juga sudah menjalin hubungan hampir satu tahun?" Sejeong mulai kesal.

"Kau juga pacarku. Lebih tepatnya pacar pelampiasan" Jawab Mingyu sinis.

"Pe.. pe.. pelampiasan?"

Bagai sebuah kapal di tengah lautan, dengan petir yang bergemuruh, diterjang ombak besar, terombang-ambing. Hatinya benar-benar seperti kapal itu. Sejeong memang tidak menyukai Mingyu dan menjalin hubungan dengan keterpaksaan, tapi mengetahui dia dijadikan sebuah pelampiasan ini lebih sakit dari kebohongan yang dia berikan kepada Taehyung.

"Berapa banyak lagi penderitaan yang aku dapat darimu Gyu?" Sejeong tak kuasa menahan butiran bening di matanya.

"Apa salahku?" Butiran itu jatuh di pipi mulus Sejeong.

Sebuah tangan membalikan badan Sejeong dan menariknya dalam pelukan. Tatapan penuh kebencian benar-benar terlihat jelas dikedua mata Taehyung. Dia mengelus punggung Sejeong untuk menenangkannya. Mingyu melihat itu hanya tersenyum sinis dan memalingkan pandangannya.

"Ayo kita pulang, Jeong" Taehyung memapah Sejeong meninggalkan toko buku itu.

"Kau marah Tae? Kau sakit Tae? Melihat orang yang kau sayang terluka menagis didepanmu? Itu yang aku rasakan dulu, dan kau akan merasakannya lebih dari yang aku rasakan. Kau akan kehilangan sesuatu yang berharga seperti aku dulu" Kata Mingyu yang tidak mungkin didengar lagi oleh Taehyung.

"Kurasa balas dendam itu tidak baik untukmu. Kau orang yang baik Gyu, jangan sampai kau membuat namamu menjadi buruk" wanita yang berstatus pacar dari Kim Mingyu itu menasehatinya.

"Kau tidak tau apa yang aku rasakan, Yeon" Mingyu meninggalkan pacarnya itu.

"Kesedihan yang kau rasakan tidak akan ada ujungnya, jika kau tidak mengikhlaskan apa yang telah pergi" Jung Chaeyeon.

"Kesedihan yang kau rasakan tidak akan ada ujungnya, jika kau tidak mengikhlaskan apa yang telah pergi" Jung Chaeyeon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hurt YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang