episode 3

1.6K 91 0
                                    

Tiba-tiba stephanie mengejarku dan menyamakan langkahnya denganku, aku sedikit heran...ah mungkinkah Kharisa mengatakan hal-hal aneh pada Stephanie?
Dia menghentikan langkahnya dan meraih sikutku, seketika langkahku terhenti.

"Kenapa?" Tanyaku. Stephanie tersenyum, dan itu membuatku lega.

"Gue mau minta tolong dong!" Pintanya. Aku mengerutkan kening heran. Minta tolong? Sama gue? Gak salah....

"Minta tolong apa?" Tanyaku.

"Gue liat nilai matematika lo paling bagus, gue udah kursus plus private juga nilai gue tetep aja sama...ajarin gue dong!!!" Rengeknya.

"Gue lagi lucky aja Steph..." jawabku santai. Stephanie berdiri dihadapanku dan menepukkan kedua tangannya tanda memohon.

"Please banget...gue gak suka matematika tapi gue harus bisa. Gue rencananya mau masuk university di US abis keluar sekolah...tapi gue harus benerin nilai gue dari sekarang." Jelasnya. Aku tersenyum sambil menggelengkan kepalaku.

"Ya lo harus suka dulu lah...itu kenapa nilai mtk lo gak ada perubahan, lo mau private kemana pun kalo lo gak suka ya gak akan bisa." Jawabku, dia melingkarkan tangannya di tanganku bertingkah sok akrab dihadapan siswa yang lalu-lalang termasuk Kharisa yang terhenti tiba-tiba melihat keakraban kami.

"Alright!!! Kalo gitu bantu gue supaya suka Matematika! Please!" Aku tersenyum padanya dan mengangguk pelan. Dia tertawa girang membuat Kharisa yang diujung lorong tampak kesal. "Thank u Na...gue janji deh bakalan beliin apa aja mau lo kalo nilai gue ada perubahan."

"Gue gak pengen apa-apa ko...seneng bisa bantu lo..." jawabku, Stephanie mengerutkan keningnya sedikit kecewa tampaknya.

"Why?"

"Bukan bantuin kalo pake pamrih...kita semua kan temen." Tegasku.

"Temen yang gue punya sistemnya ya take and give..." jawabnya pelan.

"Even lo udah ngasih lo sebaiknya gak nginget apapun yang pernah lo kasih...itu namanya pamrih...persahabatan itu hanya ada kata giving..." Stephanie termenung, seketika tanganya melepaskan tanganku.

"Nggg...gue ketoilet dulu ya...thanks banget udah mau bantuin gue. Nanti gue kabarin lo lagi. Bye!!!" Aku melambaikan tangannya pada Stephanie yang berjalan menuju Kaharisa dan menarik tangan Kharisa dan ku lihat mereka berjalan beriringan.

Aku berjalan sendiri hendak menyusul Fira yang mungkin tengah menggerutu kesal menungguku di kantin, namun belum saja aku sampai, bu Arini memanggilku di tepi pintu didepan ruangannya.

Aku pun masuk, dan dia tiba-tiba memberiku selembaran dengan senyum yang ceria.

"Ini beasiswa dari 4 university terbaik didunia. Ibu harap kamu bisa masuk disalah satu University ini. Nilai akademis kamu bagus sekali, prestasi kamu dibidang ice skating luar biasa, jadi bagi ibu kamu adalah salah satu aset Negara yang harus diperjuangkan. Persiapkanlah dari sekarang. Ibu yakin kamu pasti bisa. Dan ibu...akan bantu kamu sebisa ibu." Jelasnya, aku tersenyum dan rasanya ada bintang-bintang disekitarku betapa berkilaunya, betapa bahagianya, betapa penjelasan bu Arini membuatku rasanya ingin menjerit dan mengatakan pada dunia AKU BAHAGIA!!!

"Terimakasih banyak bu...saya mau...mau sekali!" Tegasku. Bu Arini memandangku dengan penuh kasih dan dia mengangguk pelan.

Aku membawa 4 lembar brosur yang bu Arini berikan padaku sembari berlari menuju kantin mencari-cari Fira, betul saja dia tengah duduk sambil minum jus dan memainkan handphonenya. Aku memeluknya dari belakang.

Masa Sekolah (Broken Home)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang