episode 11

1K 73 0
                                    

Aku berjalan menjauh dari sekolah bersama ibu, menerawang jauh saat percakapan singkat aku dan bu Arini didepan ruang meeting.

"ibu akan berusaha memperjuangkan supaya kamu bisa tetap disini..." bisiknya dibalik tubuhku yang ia peluk erat. Ku lepas pelukannya dan ku tatap matanya.

"Ibu Sudah melakukan banyak hal untuk Hana bu, termasuk referensi kuliah di luar...Hana senang bisa kenal guru seperti ibu. Ibu tidak perlu melakukan apa-apa lagi bu, Hana bisa menerima semua ini dengan baik ko." Jawabku. Dia menggeleng cepat.

"Ibu sudah tau siapa pemilik obat itu tapi bahkan ibu tidak bisa berbuat apa-apa...tapi ibu yakin ibu akan bisa mengembalikan nama baik Hana lagi." aku menggeleng seraya tersenyum, meski akupun ingin tahu siapa pemiliknya tapi kini sudah tidak penting.

"Aku lebih memilih berjalan dari pada menoleh ke belakang...aku baik-baik saja bu...dan akan lebih baik lagi." Dia kembali memelukku.

Aku mungkin jadi korban dalam kasus ini, tapi aku tidak merasa kalah...aku punya ibu yang luar biasa membelaku, aku punya bu Arini yang juga percaya akan keteguhanku.

Ditengah perjalanan keluar sekolah, tiba-tiba aku terhenti.

"Bu...aku mau pamit dulu sama temen-temen." Ungkapku, ibu menatap dengan wajah iba, dan mengangguk pelan. Aku berlari menuju kelas, aku menikmati laju lariku dengan terpaan angin yang menghembus lembut diantara wajahku, aku mengenang saat aku melewati tiap lorong sekolah, tangganya, balkonnya, aromanya, tempat yang akan sangat aku rindukan, tempat yang akan selalu menjadi kenangan terindah bagiku. Ku ketuk pintu kelasku terasa sungkan rasanya untuk masuk. Kebetulan pak Mul sedang mengajar disana, dengan sigap ia mempersilahkanku untuk masuk, aku masuk perlahan...anak-anak seketika terdiam menatapku, ku sisir seluruh ruangan, menatap satu-persatu teman-teman yang menemaniku di tahun pertama kelas 11. Fira merunduk dan melap air matanya dengan tisu, wajahnya amat terpukul, ku tatap bangkuku yang kosong. Elang...lo kemana? Padahal lo adalah orang terakhir yang pengen gue lihat disini... ku tatap Kharisa sejenak, dia merunduk, kini aku bisa melihat wajah penyesalan dari ekspresinya...wajar? Tentu saja, meski dia kejam...dia tetap seorang manusia, dia seorang wanita.

"Pak...boleh saya pamit sama teman-teman?" Tanyaku, Pak Mul mengangguk dan tersenyum, ku langkahkan kakiku didepan kelas. Air mataku tiba-tiba menetes tak tertahankan.

"Hari ini hari terakhir aku disini, dikelas ini..." ku hapus air mataku segera, namun air mata lain kembali terjatuh setelah dihapus. Seperti tak pernah tandus air mata ini, hapus keluar lagi, hapus keluar lagi, aku tak ingin memperlihatkan semua ini tapi setiap kali aku tahan, mereka jatuh juga. "Terimakasih karena telah menjadi warna yang indah bagi hidup aku yang gelap...terimakasih telah menerma segala kekurangan aku dan mau tertawa bersama selama ini..." pak Mul mendekat dan menepak pindakku, anak-anak lain pun mengeluarkan ekspresi sedih sepertiku. Lama aku terdiam, karena sulit sekali untuk berbicara sementara aku berusaha menahan duka mendalam ini. "Aku sayang kalian..." seketika Fira berlari memelukku kedepan, disusul dengan Stephanie dan yang lainnya kecuali Kharisa yang masih duduk terpaku dikursinya. Mereka memelukku erat dan menangis bersamaku didepan pak Mul.

"Gue gak percaya ini terjadi sama lo..." Fira memelukku lebih erat.

"Thanks Na...lo temen pertama yang ngajarin gue arti ketulusan." Setephanie menggenggam tanganku dan kembali memelukku.

Ku peluk mereka semua yang mau repot-repot beranjak dari tempat duduk dan memelukku. Semua akan terasa berarti ketika kamu akan pergi, aku tidak pernah memiliki banyak sahabat dalam hidupku, tapi ketika saat-saat akan pergi mereka semua ternyata berarti bagiku selama ini, tidak ada sahabat dekat, teman dekat, atau semacamnya...teman adalah teman...mereka semua berarti, seberapa buruknya pun mereka...mereka adalah pelengkap hidup yang selalu dibutuhkan.

Masa Sekolah (Broken Home)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang