episode 8

1K 81 0
                                    

Entah harus ku sebut apa kejadian besar yang tiba-tiba menimpaku, yah musibah memang datang dari sang pencipta tapi bukan berarti IA ingin kau jatuh...aku memang sudah terbiasa dengan tantangan...tapi ini pengalam pertamaku di fitnah secara tidak adil. Aku berjalan sendiri, lemas, bingung dan sedih...teringat akan kejadian persekian menit yang lalu.

"Bu itu bukan punya saya...saya benar-benar menemukan itu di lantai." Jelasku pada bu Arini. Bu Arini melirik kearah Kharisa seolah menunggu penjelasan lain darinya.

"Kharisa...ibu mohon jelaskan yang sejujur-jujurnya...karena cuma ada kamu yang ada di sana!" Desak bu Arini. Kharisa kembali menatapku, ia menggigit bibir bagian bahwanya, ku lihat kedua tangannya mengepal seolah ia tengah meyakinkan dirinya.

"Saya dorong Hana..." dia membuang muka dan menunduk. "Ketika Hana jatuh obat itu tiba-tiba jatuh dari kantung baju Hana." Tambahnya. Pak Mul dan bu Arini menatapku kecewa. Lama mereka terdiam tampak tak percaya.

"Khar...lo liat sendirikan gue jatuh nipa obat itu...obat itu gak ada jatuh dari saku Khar!" Jelasku sedikit panik.

"Dimana maling yang mau ngaku?" Tanya Kharisa, aku terpukul dengan pertanyaan itu, yah artinya tidak ada ruang bagiku untuk membela diri...ohhhh harusnya obat itu gak gue ambil...harusnya....harusnya...harusnya...fikiranku melayang kemana-mana, tiba-tiba air mata ini jatuh begitu saja. Bukan karena takut diperiksa atau apapun tapi di fitnah oleh teman sendiri itu rasanya jauh lebih menakutkan.

"Hari ini kalian harus tes urine!" Bu Arini duduk disebelah pak Mul. Aku mulai merasa lega dan segera menghapus air mataku. "Tapi bukan berarti kamu bisa lolos dari hukuman jika hasilnya negatif Nha..." tambah bu Arini, aku menyimak. "Kamu bisa saja dianggap mengedarkan atau menyembunyikan pelaku."aku mengangguk pelan. "Jika postif sudah pasti kamu tidak bisa melanjutkan sekolah disini...pun juga Negatif...jika kamu tidak bisa menjelaskan atau memberi tahu kamu siapa pemiliknya atau kamu kedapatan mengedarkan obat tersebut kamu juga akan kehilangan kesempatan melanjutkan beasiswa kamu disini." Jelas bu Arini. "Sebetulnya...pilihan tes urine ini tidak ada keuntungannya bagi kamu...kecuali kamu mau memberi tahu milik siapa obat itu."

Pak Mul menatapku iba, Kharisa tampak puas dengan penjelasan bu Arini. Akhirnya kami melakukan tes urine di lab sekolah, dokter mengatakan hasilnya akan keluar besok atau lusa, kami di larang sekolah sampai hasilnya keluar, dan keputusan final akan kelangsungan masa depanku disekolah ini akan di umumkan setelah hasil tes dan rapat komite di gelar.

Setelah mengambil tas, dan setelah ku dengar anak-anak bertanya padaku dan Kharisa aku berlalu tanpa berkata apapun, bahkan untuk pertama kalinya aku mengabaikan Fira yang juga kawatir. Aku memilih berjalan...berjalan menyusuri trotoar yang bising dengan suara kendaraan yang lalu lalang, aku bisa bebas menangis dan menjerit. Ini ternyata tak semudah dugaanku, aku mengalami hal yang biasanya ku dengar dari orang lain. Aku merunduk sepanjang jalan hingga ada sebuah tangan yang meraihku dan menyeredku kepelukannya, aku menerima...aku kenal dengan aroma tubuh ini, aku kenal dengan dada hangat ini, aku kenal tangan ini, aku menangis di dadanya, dan dia mengelus lembut rambutku, ku peluk dia erat...Elang lo dateng disaat yang tepat. Dia tak berkata apapun, dia menerima keluh kesahku yang keluar lewat tangisanku, dia menerima dengan dekapannya. Ku lepas pelukannya setelah batin dan fikiranku sudah tenang. Dia menatapku tanpa bertanya apapun...meski mungkin dia ingin bertanya.

"Thank ya...lo udah pinjemin dada lo. But i'm fine!" Kataku. Elang mengangguk pelan.

"Gue tau lo kuat..." jawabnya. Aku tersenyum.

"Lo balik gih ke kelas...gue mau balik." Kataku sambil berlalu tapi dia malah berjalan disampingku dan memamerkan tasnya tanda bahwa dia ingin ikut pulang. "Heyyy...lo gak boleh ikut!!!" Dia tersenyum dan menggenggam tanganku erat, entahlah aku tidak tau mengapa senyumnya begitu menyejukan sanubariku. Bahkan aku tak bisa menolak ketika ia menggenggam tanganku dan kita berjalan berdampingan.

Masa Sekolah (Broken Home)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang