episode 5

1.3K 82 0
                                    

Pak Mul membawa aku, Ali, Arnold sebagai saksi. Sementara Elang dan Anres duduk berdampingan didepan pak Mul dan bu Ariani.
"Jawab!!!" bentak pak Mul.

"Elang yang pukul saya duluan pak...saya cuman bela diri aja." Jawab Anres.

"Elang, ibu yakin kamu punya alsan, beri tahu ibu alsan kamu mukul Anres apa?" Tanya bu Ariani lembut.

"Dia berisik..." jawab Elang singkat, Anres menyeringai sinis dan melirik kearah Elang dengan tatapan kesal.

"Tiap anak dikelas pas istrihat pasti berisik kan Lang?" Tanya bu Arini pelan.

"Jangan mentang-mentang kamu anak pemilik sekolah bapak tidak bisa tegas Lang!" Bentak pak Mul. Bu Arini menyenggol pak Mul yang tampak berapi-api. "Ini kekerasan yang fatal!"

"Saya korban pak disini...saya bisa laporin dia kepolisi!" Timpas Anres.

"Diem kamu!" Bentak pak Mul.

"Elang jawab ibu nak?" Tanya bu Arini, Elang menatap Bu Arini serius, aku degdegan tak karuan, aku khawatir Elang akan mengatakan yang sebenarnya hingga akan menyulitkannya nanti.

"Anres minjem pulpen saya bu...belum dibalikin saya kesel." Jawab Elang polos, entahlah aku rasanya ingin tertawa saat itu, bisa-bisanya dia bercanda ditengah ketegangan ini.

"Gilak itu kan dulu pas kelas 10, lo bilang buat gue kan!" Bentak Anres makin kesal. Anres menggeleng-geleng kepala dan menyentuh memar-memar dipipinya.

"Enak aja...itu gue belinya di Paris ada ukiran menara effel nya." Jawab Elang, Anres menengadah menahan lehernya yang tampak berat saking kesalnya.

"Ekh tuh pulpen begitu dipasar senen juga ada gilak! Lagian itu pas kelas 10, pulpennya udah abis...lo bilangkan itu oleh-oleh masa iya lo bilang minjem." Anris mendumal. Pak Mul menepuk jidatnya.

"Ya masalah pulpen aja kenapa gak diomongin baik-baik, lagian kalian kan orang mampu...masa pulpen aja jadi masalah...bapak beliin sepak yang kaya gitu!" Kata pak Mul berdiri tampak ikut kesal.

"Emang iya gara-gara pulpen?" Bisikku pada Ali, Ali hanya mengedip-ngedipkan matanya.

"Kadang si Elang rada eror emang." Bisiknya lagi.

"Kalian boleh kekelas," kata bu Arini menatap kami satu persatu. "Kecuali Elang dan Anres...kalian harus bersihin seluruh wc disekolah ini. Dan...selebihnya pak Mul akan memutuskan hukuman apa lagi yang harus kalian terima." Bu Arini yang tampak kecewa ikut keluar dari ruang BK bersama kami.

Rasanya dari istirahat sampai pulang bagian sebelah kiriku sangat hampa, ya karena Elang tidak berada disebelahku karena ia tengah dihukum oleh pak Mul. Sesekali aku tersenyum sendiri mendengar alasan konyol Elang, dan aku yakin bu Arini dan pak Mul tidak akan semudah itu percaya.

Waktu pulang tiba, aku berjalan menuju toilet dilantai pertama, disana aku melihat Elang dan Anres tengah membersihkan bagian luar toilet sambil diperhatikan pak Mul.

"Wah kebetulan ada kamu Na, tolong jagain dulu ya...bapa kebelet nih!"  Aku mengangguk sepontan. Seketika pak Mul berlalu menuju toilet laki-laki. Anres pun sengaja mendorong-dorong pel ke sepatu Elang, Elang tak mau kalah ikut mendorong-dorong pel miliknya.

"Apa si lo." Bentak Anres.

"Lo apaan..." balas Elang.

"Heyyyy!!! Beresin hukuman kalian..." teriakku.
Anres kembali memasukan pel kedalam ember sengaja ia mencipratkan air hingga mengenai muka Elang.

"Hey...kena muka gue ni!!!" Teriak Elang.

"Emang gue fikirin!" Jawab Anres, Elang membalas dengan melakukan hal yang sama hingga mengenai wajah dan baju Anres.

Masa Sekolah (Broken Home)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang