episode 10

1K 76 1
                                    

ELANG'S VO

Aku dan bu Arini akhirnya memutuskan untuk bertemu di sebuah cafe di sekitar rumah bu Arini. Kami duduk saling berhadapan, bu Arini menatapku penuh rasa ingin tau. Ku sodorkan obat-obatanku dihadapannya.

"Ini obat yang menjadi alasan Hana dihukumkan bu?" Tanyaku, Bu Arini meraihnya dan memandangi obat-obata itu, matanya terbelalak dia memandangku tajam.

"Ini banyak banget Lang...ko kamu bisa dapet obat seperti ini?" Tanya dia dengan wajah penuh khawatir.

"Itu obat penenang saya bu...saya udah lama mengkonsumsi ini. Saya gak sadar kalau obat itu ternyata jatuh ketika bertengkar dengan Anres. Tolong bu bantu Hana...Hana gak tau apa-apa..." jelasku. Bu Arini memandangku iba.
"Kenapa kamu mengkonsumsi obat ini?" matanya berkaca-kaca, seolah dia bisa membaca kegundahan hatiku dibalik sikapku yang berusaha kuat didepan semua orang. "Ada banyak obat didunia, kenapa harus obat seperti ini..." air matanya terjatuh didepanku, ya Allah kau banyak menyadarkanku hari ini...ternyata masih banyak orang yang peduli, dan rela menjatuhkan air matanya untukku. Aku tersenyum menatap bu Arini, aku menjawabnya dengan mataku. Bu...mungkinkah aku harus mengatakan kalau aku tak tau obat apa yang aku minum selama ini? Bu...haruskah aku katakan jika papalah yang memberiku obat ini? Bu...haruskah aku katakan...kini aku takut...takut Hana terluka karena aku yang bodoh ini.

"Saya hanya tau ini obat penenang...karena saya punya trauma yang bila kambuh bisa membuat nafas saya sesak...hanya obat itu yang bisa menormalkan kembali kondisi saya." Jelasku. Tangan bu Arini menggenggam tanganku, ku pandangi lekat-lekat tangan hangat itu, 3 wanita baik Allah kirimkan belakangan ini. Hana, Ibunya, dan bu Arini...mataku terasa perih tak bisa ku tahan, aku yang bisa kuat menahan pahit, tangis, luka akhirnya lemah ditangan mereka. Air mata haru itu jatuh didepan bu Arini. Bu Arini memelukku, dia adalah seorang ibu dikelas, dia mengirimkan kasihnya lewat dekapan hangat seorang ibu. Untuk pertama kali aku menangis didekapan seorang ibu...dan itu guruku sendiri.
"Ibu tau...tidak mudah menjadi seorang Elang, ibu mengerti dibalik sikap kuat kamu, di balik sikap nakal kamu...ibu mengerti. Maka cobalah untuk lebih terbuka, lebih menerima orang baru yang ada didekatmu...ibu akan bantu, sebisa ibu, semampu ibu, sepenuh hati ibu..." ia melepas pelukku dan menghapus air mataku, dia menatapku dalam. Entah mengapa aku percaya ucapannya begitu saja, mungkin aku terlalu lelah sendiri, mungkin aku membutuhkan rasa lain dihidupku yang hanya satu rasa saja, mungkin aku hanya ingin merasakan bagaimana bergantung pada seseorang. Aku mengangguk cepat mengiyakan apa yang dikatakan bu Arini.

"Berjanjilah untuk sembuh tanpa obat itu...berjanjilah menjadi Elang baru yang lebih kuat!!!" Dia menggenggam erat tanganku, aku mengangguk cepat disusul dengan belaian lembut di rambutku. "Terimakasih telah terbuka nak..."

Pertemuan itu membuat ku amat rindu pada Hana, yah Hana tidak tau kalau apa yang terjadi padanya adalah karena aku. Segera setelah menemui bu Arini aku bergegas mencari Hana, setahuku jadwal latihannya Rabu malam...beruntungnya rabu malam itu hari ini, ku injak gas mobilku segera melaju menuju tempat latihan Hana yang lumayan jauh dari cafe. Perjalan cukup lancar hingga hanya butuh waktu 25 menit aku sudah tiba disana, segera ku berlari kedalam ingin segera ku temui dia dan memastikan dia baik-baik saja.

Dengan terengah-engah aku tiba tepat didepan arena latihan Hana, dari balik kaca besar aku memandangnya, dia yang tengah tersenyum manis dengan lincahnya ia kesana kemari, berputar-putar dan tertawa bercanda dengan pelatihnya, tawanya terhenti ketika matanya tiba-tiba bertemu denganku, ekspresi kaget keluar dari wajahnya yang indah. Aku melambai menyapanya, dia tersenyum...manis sekali, entahlah rasanya ada bunga-bunga yang bertebaran ketika ia mengembangkan senyum seperti itu. Rasanya kaca besar yang menghalangi kami menghilang, rasanya kami hanya berdua disana, rasanya seluruh ruangan bertaburan bunga, rasanya suara musik klasik ini memang diciptakan untuk menjadi back sound kisah kami.

Masa Sekolah (Broken Home)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang