Malu.

801 65 0
                                    

Aku mencari-cari nametag yang ada di baju seragamnya, iya, seragam kakak kelas yang tadi Auryn sebut "ganteng", karena aku cukup memperhatikannya, aku ketahuan.

"Eh, itu! Kamu kamu kamu!" panggil kakak kelas tersebut sambil menunjuk diriku. Aku langsung diam dan membeku, aku panik, dan aku langsung berpura-pura tidak mendengar.

"Lan.. itu lo dipanggil gimanasih" bisik Auryn.

Tiba-tiba saja kakak kelas tersebut menghampiriku dan meraih tanganku, mengajakku untuk berdiri. Hatiku berkata, "Mampus gue mampus mampus ahhhhh!!". Aku langsung ditarik ke depan sampai akhirnya berdiri di hadapan semua teman angkatanku. Disitu aku hanya malu dan kaget, karena aku tidak mengenal semuanya, aku hanya baru berkenalan dengan beberapa teman baru, dan yang dekat denganku hanyalah Auryn.

"Hai." kata kakak kelas tersebut menggunakan mic, sehingga satu ruangan tersebut mendengar, dan aku? hanya bisa tersenyum tipis.

"Namanya siapa?" tanyanya sambil mengulurkan micnya kearah mulutku.

"Lana, kak." jawabku pelan.

"Hah? siapa? yang keras dong."

"Diane Lana, kak." tegasku.

"Nah gitu, Lana kan? kamu gugus apa?"

"Iya, C kak."

"Kamu tadi ngapain ngeliatin aku?" tanyanya dengan santai, padahal semua orang di ruangan menyorot kami berdua di depan.

"Eh lo jangan bercanda dong, gue mau ngasih jadwal buat anak-anak nanti Senin." seru salah satu anak Osis lain kepadanya. "Iya bentaran kali ah, nyante." jawabnya.

"Eh jawab dong, tuh udah diliatin masa gak jawab." tanyanya lagi.

"Hehe nggak kak."

"Gak apa? Gak salah lagi daritadi ngeliatin?"

Aduhhhhhhh, malu malu malu aku maluuuu sekali saat itu, ingin rasanya aku menyalahkan Auryn yang sudah menyuruhku mencari tahu namanya sampai aku harus mencari-cari nametag dengan melirik-liriknya, tapi bagaimana lagi? Semuanya terlanjur terjadi, aku hanya harus pintar-pintar saja menjawab pertanyaannya.

"Ngg-" jawabanku dipotong.

"Okay, Diane Lana, gugus C! tanggal.. tanggal berapasih ini? Oh iya, 6 Juni 2014, jam.. 9 pagi lewat 17 menit, lagi merhatiin bingkel gugus E, Rindam Zhar Ishaq." potongnya dengan suara yang keras menggunakan mic yang dipegangnya sejak tadi seperti sedang pengumuman.

Sejak saat itu, aku mengetahui namanya, sekaligus Auryn pun tidak perlu menanyakan namanya lagi padaku.

Saat itu juga, aku mulai diganggu, diganggu Rindam. Rindam Zhar Ishaq.

Diane LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang