"Diane Lana 8F Absen 7! Kalau kamu bisa benci aku, kenapa gak bisa cinta?,"
teriak Rindam dari lorong kelas bawah sekolahku sambil menunjuk diriku yang sedang bersandar di balkon kelas atas. Iya, memang cukup aneh sifatnya itu, mencari tahu identitasku sampai menghafal nomor absen.
"Berisik kamu Rindam! Kalau kamu bisa cinta aku, kenapa gak bisa benci sih?," bantahku sekeras-kerasnya, Rindam terdiam dan hanya menatapku dari kelas bawah, dan tiba-tiba lari menaiki tangga dan menghampiriku.
"Lan, hari ini hari ulang tahunku. Apa kamu masih bakal benci aku sampai aku lulus nanti?," tanyanya dengan tergesa-gesa,
"Nggak tahu. Aku benci kamu bukan karena gak ada alesan, kamu sendiri yang buat aku kayak gini," tuturku sambil menunjuk ke arah matanya.
Sambil kembali bersandar di balkon tadi, dia ikut bersandar di tiang balkon sebelahku sehingga kita tidak bisa bertatapan.
"Lan, kalau aku bisa memperbaiki semuanya. Kamu mau jadi pacar aku?," tanyanya dengan suara yang pelan, aku sempat berpikir kenapa aku tidak bisa memaafkan orang yang sudah meminta maaf berkali-kali sampai niat untuk memperbaiki kesalahannya, tapi tetap saja aku membenci dia.
"Kok malah diem sih Lan," tanyanya lagi.
"Gak, aku nggak mau pacaran, apalagi sama orang kayak kamu, orang macem apa coba yang bisa kuat pacaran sama kamusih?," bantahku dengan nada yang agak tinggi. Dan dengan begitu tenangnya Rindam langsung berpindah tempat ke sebelah tempatku berdiri dan menjawab,
"Emang siapa yang ngajak pacaran? akukan cuma nanya," dilanjut senyum tipis dengan tatapan matanya yang mengarah ke wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diane Lana
Novela JuvenilMenulis ini, adalah ucapan rasa. Karena aku, terlalu rindu untuk ditanya. -Rizqina Ninda, 19 Agustus 2017. [ 10.01 ]