Yah, terbang

613 44 0
                                    

"Eh?" jawabku sambil menengok ke orang tersebut, dan ternyata itu Auryn.

"20 ribu 2 dek."

"Aku juga mau dong pak." kata Auryn, dan aku mengambil uang dari saku seragamku dan membayar balonku.

"Yaelah Ryn, kirain siapa dah."

"Siapa? Rindam? Ngarep lu, suara gua kan cewek, daritadi sih gua panggilin kagak nyaut."

"Apaan dah." jawabku sinis.

Hah? kenapa tiba-tiba Rindam? wajahnya saja aku tidak ingat, hanya saja dia membuatku mengingat kejadian Jum'at kemarin, aku dipermalukan depan seangkatan. Yah, sudahlah, sudah lewat juga.

"Udeh yuk ke dalem." ajak Auryn setelah balonnya selesai dan membayar.

"Yuk, makasih pak." kataku.

Balon terbang yang tadi kita beli, kita simpan di pergelangan tangan, karena diujung benang yang diikatkan ke balon ada karetnya, jadi kita karetkan ke pergelangan. Kebayang kan?

"Ryn, gue mau pipis nih. Pegangin balon gue dong." kataku, entah kenapa aku tiba-tiba saja ingin pipis.

"Mana sini."  jawabnya, langsung saja aku buka karet balonku ke tangan Auryn dan langsung saja lari ke toilet.

Setelah dari toilet, aku kembali ke tempat tadi bersama Auryn, dan Auryn tak ada. Aku panik, karena aku sendiri dan balonku juga tidak ada. Dan ternyata...

"Lan!" panggil Auryn dari jauh, tidak terlalu jauh sih, dan dia menghampiriku tergesa-gesa.

"Ih Ryn lu kemanasi?" jawabku sambil memperhatikan pergelangan tangan dan balonnya, yang tinggal 2.

"Balon lu tadi lepas hahaha malu banget tadi pas terbang gua diliatin banyak orang, gue beliin yang baru yah?"

"Ohh hahaha kirain kenapa, udah gapapa gua aja yang beli."

"Eh kan gua yg nerbangin tuh balon, nih duitnya." Auryn memberiku uang 50 ribu untuk membeli balon baru.

"Kebanyakan gila."

"Ya kembalian lah bego."

"Oh iya hahaha." kita berdua pun tertawa, dan aku langsung keluar membeli balon lagi, sendiri.

Diane LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang