Masih 9 Juni 2014, Senin. [ 12.23 ] *Di mesjid sekolah.*
Aaahhhh segar sekali rasanya setelah aku mencuci mukaku selesai mengambil wudhu'. Setelah mengambil wudhu, aku membuka ikatan rambutku dan membenarkannya kembali, dan saat aku menunduk ke bawah...
"Heh." seru Rindam sambil menyentuh tanganku. Ah! kenapasih dengan Rindam?
"Ih!! jangan pegang-pegang dong, ah gimanasih!"
"Mulai.. galaknya.."
"Ahh gatau ah, udah sana gausah deket-deket."
"Dih, berani banget kamu."
"Bodo." dan itulah jawabanku. Akhirnya dia menjauh dari tempat wudhuku tadi, dan aku mengambil wudhu lagi.
Setelah aku shalat dzuhur, aku keluar mesjid dan mencari sepatuku, tapi tidak ada. Jujur, aku agak kesal saat itu, pertama karena Rindam menyentuhku tiba-tiba saat sehabis wudhu, dan sekarang sepatuku? dimana? apa Rindam lagi? Cukup, tidak ada lagi nama "Rindam", biarkan saja, dia kan cuma angin lalu.
Aku terus mencari sepatuku sampai luar mesjid sudah hampir sepi, hanya ada sekilat 4-5 orang di sana, tapi aku tiadk berhasil menemukan sepatuku itu. Oh, itu Rindam baru saja keluar mesjid bersama 2 orang temannya.
"Bentar ya, gua mau ngobrol dulu sama orang bentaran." kata Rindam kepada 2 orang temannya, aku gak tahu siapa mereka, dan gak peduli juga.
"Eh, Lana."
"Apa?"
"Ngapain masih di sini? lama amat."
"Menurut anda, bagaimana?" jawabku sinis, iya, selalu sinis.
"Dari penglihatan saya sih, seperti yang sedang mencari sesuatu." jawab Rindam dengan so' berbahasa Indonesia yang benar seperti jawabanku tadi.
"Apasih."
"Udah, nyari cinta mah ketemunya gak di sini."
"Alay."
"Yaudah, gua pergi ya."
"Tinggal."
Sejenak aku berpikir saat Rindam jalan menjauhi posisi kebingunganku itu. Oh iya! aku lupa.
"Eh, bentar!." panggilku.
"Napa?"
"Tau sepatu aku gak? liat gak?"
"Maunya liat atau nggak?"
"Gak, gak jadi."
"Yaudah gak aku kasih tau."
"Emang tau?"
"Kalau tau, aku di kasih apa?"
"Gak, pamrih. Malesin banget."
"Yaudah, ayo cari."
Ya, dari awal aku sudah curiga, pasti Rindam lagi yang iseng! tapi, dia juga baru saja keluar dari mesjid, jadi siapa yang menyembunyikan sepatuku? dan kenapa?
"Nan, gue cabut bentar ya, bilangin ke bu Retno gua sakit di UKS aja."
"Ohh ok." jawab temannya itu.
"Ih kalau mau masuk kelas ya masuk aja daripada masalah."
"Elah, nyante kali."
Lalu akupun dibawa Rindam keliling sekolah, mencari-cari sepatuku yang entah kemana, bingung, karena kalau memang benar diambil ataupun hanya sekedar disembunyikan, untuk apa? dan kenapa harus sepatuku? Arghhhhh, lama kelamaan aku kesal dengan pencarian sepatu tidak jelas ini bersama Rindam. Aku yakin, Rindam yang menyembunyikan sepatuku ini, jadi dia mengajakku berkeliling sekolah tidak jelas seakan-akan sedang mencari sepatu,padahal dia tau ada dimana. Kalaupun bukan dia, pasti dia menjadikan hal ini sebagai alat "iseng"nya untuk membuatku kesal berkeliling. Dasar aneh!
"Ini kemanasih ah."
"Kemana coba?"
"Kamu sebenernya tau gak sih sepatu aku ada dimana?"
"Tau"
"IH!"
"Gak yah.. Hahahaha" jawabanku dicela.
"Ah udahlah, gak guna."
Lalu saking kesalnya, aku langsung berjalan dengan cepat menjauh dari dia, posisi kami sekarang ada di lorong samping lapang, aku berjalan ke arah toilet karena kakiku kotor, sebab daritadi kakiku telanjang saat berjalan dengan Rindam gak jelas itu.
"Lan, mau kemana?"
"Gak usah banyak mau tau."
"Sepatu kamu ukurannya apa?"
"41!!!!" jawabanku dari jauh sambil teriak dan mengacuhkan Rindam.
Berjalan ke kelas dengan teburu-buru dengan kaki telanjang ini bisa membuatku gila, sepertinya dia memang tidak mempunyai pekerjaan yang lebih penting, sehingga dia menggangguku saja terus menerus, bodoh.
Sekarang, sudah memasuki jam 2 kurang 15 menit, dan bel pulang sudah berbuyi, sepatuku pun masih belum ditemukan. Aku bingung pulang nanti akan menggunakan apa, bukan kendaraan, tapi alas kaki. Yah, mungkin emang ada yang lebih membutuhka sepatu itu dibanding aku, tapi aku ingin pulang.
*Di pinggir lapang.*
Aku sedang berpikir bagaimana caranya aku pulang, aku duduk di dekat tembok sekolah yang bentuknya seperti tempat duduk, kebayang? posisinya ada di pinggir lapang.
*Bruk!!* suara barang dilempar ke lantai, iya, sepatu.
"Nih, pake." kata Rindam sambil melempar sepatu tersebut.
"Apaan?"
"Pake tuh, 41 juga."
"Gak." jawabku gengsi.
"Kenapasih lu rese banget."
"Apasih."
"Iya iya maaf. udah noh pake sepatunya."
"Punya siapa?"
"Gak perlu tau, pokonya itu buat kamu sekarang."
"Kenapa?"
"Gak usah banyak mau tau." dia mengikuti kalimatku tadi. Kesal, iya aku kesal!!! "Rindam mau apasih dari gue?" keluhku dengan kesal, tapi hanya dalam hati, sayangnya.
"Gak tau ah, udah sana pulang, gak usah sosoan."
"Yuk!" ajak Rindam sambil tiba-tiba menarik tanganku.
Hah? Rindam ngapain nih narik-narik tangan tangan Diane segala? Make ngajak pergi segala lagi. Kira-kira kemana ya? Ngapain juga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Diane Lana
Teen FictionMenulis ini, adalah ucapan rasa. Karena aku, terlalu rindu untuk ditanya. -Rizqina Ninda, 19 Agustus 2017. [ 10.01 ]