Go ahead and say goodbye
I'll be alright
Go ahead and make me cry
I'll be alright
And when you need a place to run to
For better for worse
I got you
Leona Lewis - I Got You
***
Sepeninggal Hermione dan Ron, Draco menatap wajah Harry lekat-lekat.
Wajahnya pucat, pipinya juga semakin tirus, pikir Draco muram.
Draco memberanikan diri untuk maju selangkah mendekati Harry. Secara spontan, Harry melangkah mundur.
Bayangan ketakutan hadir di mata Harry dan Draco melihat hal itu. Seumur-umur ia ingin melihat ketakutan di mata Harry, tapi saat ini yang dirasakannya hanya kesedihan karena penyebab ketakutan Harry adalah dirinya. Harry takut pada dirinya.
Draco mengulurkan tangan. "Aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji ... Harry."
Harry menaikkan dagu mendengar panggilan Draco untuknya. "Bagaimana kau bisa bilang kau tidak akan menyakitku jika itulah yang selama ini yang kau lakukan, Malfoy?"
Draco tidak menjawab. Ia hanya terus maju mendekati Harry sementara Harry semakin mundur hingga punggungnya membentur dinding.
Harry menatap mata Draco dengan putus asa. "Menjauh dariku."
"Tidak akan pernah," bisik Draco kemudian mencium Harry dengan lembut dan menarik Harry ke dalam pelukannya.
Harry langsung meleleh dalam pelukan dan serangan bibir Draco di bibrnya. Tanpa sadar, ia membalas ciuman Draco. Mereka saling berpelukan dan berciuman sangat lama, menuntaskan kerinduan yang tersimpan di dada.
Draco mengakhiri ciuman mereka dan menatap Harry dengan napas terengah-engah.
"Benarkah yang Granger katakan? Apa kau hamil anakku, Harry? Kalau benar, aku akan bertanggungjawab."
"Emmhh ... Aku ...." Harry benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak ingin Draco mengasihaninya.
"Jawablah," desak Daco
Harry menghela napas. "Tidak. Aku tidak hamil. Jadi kau tak perlu bertanggungjawab atas apapun."
"Kau yakin? Sungguh-sungguh yakin?"
Harry mengangguk. "Pergilah. Kumohon."
Draco meringis melihat wajah Harry yang putus asa dan lelah. Hatinya serasa dipilin melihat keadaan Harry.
"Sebesar itukah kau membenciku, Harry?"
Harry memalingkan wajah, menolak untuk menjawab pertanyaan Draco.
"Jika kau tak ingin bersamaku, aku tak akan memaksa. Pergilah. Tapi ingat, I'll be there for you if you need me."
Draco menarik tubuhnya menjauh dari Harry dan hendak berbalik ketika tiba-tiba saja Harry menyambar lengannya.
"Tunggu, Drac." Suara Harry lirih, hanya serupa bisikan.
Draco berhenti dan menatap Harry. "Ada apa?"
"Aku tak pernah benar-benar membencimu."
"Sungguh? Baguslah." Draco tersenyum lalu mengecup kening Harry. "Karena aku mencintaimu."
Harry terperangah mendengar ucapan Draco. Draco mencintainya?? Seorang Draco Malfoy mencintai Harry Potter yang selama ini bertahun-tahun ini dibencinya?
Melihat Harry tak bereaksi dengan ucapannya, Draco menunduk hendak mencium Harry lagi. Tapi dengan cepat Harry meletakkan tangannya di dada Draco, menahannya.
"Tunggu. Bukankah kau membenciku?"
Draco menggenggam tangan Harry yang menempel di dadanya. "Kata orang ada garis sangat tipis di antara benci dan cinta. Aku rasa garis itu sudah lama hilang. Yang aku rasakan saat ini hanya cinta."
Harry hampir pingsan mendengar pengakuan Draco. Tapi ia harus yakin bahwa Draco benar-benar tulus padanya.
"Lalu bagaimana dengan Pansy? Atau dengan Astoria? Kudengar kau berkencan dengannya," ucap Harry pelan tanpa berusaha menghilangkan nada cemburu dalam suaranya.
Draco tersenyum mendengar ucapan Harry. Ia menunduk cepat dan mengecup bibir Harry. "Cemburu, heh? Biar kuberitahu, Pansy adalah satu-satunya orang yang tahu bahwa aku mencintaimu. Sedangkan Astoria ... hanyalah kedok agar aku terlihat seperti siswa pada umumnya."
Harry menatap Draco sendu. Ternyata bukan hanya ia yang menderita karena menyimpan cinta pada Draco. Draco juga menderita. Tiba-tiba hatinya menghangat. Harry mengulurkan tangannya menyentuh rambut Draco.
"Aku tidak pernah tahu mencintai seseorang bisa menjadi serumit ini," bisik Harry.
"Aku tahu," balas Draco. Ia menempelkan kening ke kening Harry. "Malam itu, aku benar-benar tak bisa mengendalikan diri, dan aku pikir aku menyakitimu. Sampai akhirnya kau merespon setiap sentuhan dan ciumanku. Ketika itu aku sampai bergetar karena harapanku akan dicintai olehmu bisa terwujud."
Harry terlalu shock dan tak bisa berkata apa-apa.
"Namun tiba-tiba kau menjauhiku," nada suara Draco berubah sedih. Matanya menggelap. "Jujur saja, aku lebih suka dimaki-maki olehmu daripada kau diamkan seperti kemarin. Itu membuatku menderita, Harry," aku Draco.
"Maafkan aku, Draco," bisik Harry. "Bersamamu bagaikan mimpi. Benar-benar indah hingga aku takut dengan perasaanku sendri. Dan ya, aku memang hamil. Beritahu aku apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku."
Senyum Draco mengembang. Ia meraih dagu Harry dan mencium Harry lagi. "Harry Potter, menikahlah denganku. Aku akan membahagiakanmu dan anak-anak kita selamanya," bisik Draco sambil mengelus perut Harry yang masih rata.
Harry mengalungkan lengannya ke sekeliling leher Draco. "Jika aku bersedia, apa yang akan kau berikan padaku?"
"Seluruh hatiku."
"Aku bersedia."
Jantung Draco berdegup kencang mendengar jawaban Harry. "Kau yakin? Benar-benar yakin?"
Harry membelai pipi Draco. "Seratus persen."
Dan Harry maju mencium bibir Draco penuh-penuh.
-END-
NB: YEAY! Udah tamat wkwkwk
Epilog mudah2an keluar minggu depan.
Thx for reading :'))

KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You
FanfictionSetelah kematian Voldemort, Harry Potter bersama sahabat-sahabatnya, Hermione Granger dan Ron Weasley kembali ke Hogwarts untuk menyelesaikan tahun terakhir mereka. Bukan hanya mereka saja, Draco Malfoy juga harus mengulang tahun terakhirnya di Hogw...