1. Surat Kepergian (Revisi)

412 24 7
                                    

"Jangan lupakan buku ini nak, kamu harus tau kamu bukan--"

"Bangun, ini sudah siang jangan sampai kamu terlambat lagi!!" bentak seorang lelaki paruh baya membangunkan seorang remaja laki -laki.

"Sial! Sudah pagi saja. Ah mimpi itu datang lagi dan membuatku penasaran." batin remaja laki-laki itu tidak mau bangun.

"Ron, Van Baron cepetan nanti sekolahnya terlambat. Azka saja sudah bangun, masa kamu kalah sih!!" sindir lelaki paruh baya itu.

"Iya, Papah ku Van Antonio. Ini sedang mengumpulkan nyawa dulu." balas Baron yang mulai sadar.

"Papah tau kamu lelah setelah berlatih ilmu bela diri itu. Tapi jangan melupakan kewajiban mu sekolah." nasihat Antonio kepada anaknya.

"Okay, Pah." jawab Baron seraya pergi ke kamar mandi.

"Ya sudah Papah tunggu di bawah sarapan." Ucap Antonio pergi keluar ruangan.

Kamar Baron tidak begitu mewah, di dalam kamarnya berisikan sebuah kasur king size, kamar mandi, satu meja belajar, satu shofa panjang dan juga ada televisi.

Selesainya Baron mandi ia bersiap-siap berangkat ke sekolah. Baron turun ke ruang makan dan menyantap makanan.

"Ka, kalau kamu hidup terus begini. Kaka tidak akan berhasil mengendalikannya." ucap Azka menyindir Baron.

Sendok yang ingin masuk ke dalam mulut Baron terhenti ketika Azka memberikan pernyataan.

"Apa sih kamu De, mengendalikan apa? Ada-ada aja kamu ini. Sudah makan tuh makanannya!" balas Baron dengan meninggikan suaranya sedikit.

Tanpa Baron sadari, Antonio memarahi putri kecilnya. Tidak dengan perkataan melainkan dengan gerakan mata.

Untung saja Baron tidak menyadari itu, Antonio yang melihat kecerobohan putrinya langsung mencoba mengalihkan perhatian Baron.

"Ekhem. Ron, ini kan hari pertama kalian masuk. Jaga Azka dengan baik jangan sampai ada yang godain Azka. Dan ingat jangan membuat masalah!"

"Ya, Pah. Biarkan saja Adel kecilku yang cantik ini dipermainkan oleh teman-temannya. Buat apa bela diri yang telah aku ajarkan padanya?" ejek Baron dengan senyuman indahnya.

Azka yang merasa dirinya diejek oleh Baron membuat wajah cantiknya menjadi merah. Tetapi, perasaannya begitu campur aduk, ada rasa marah dan juga perasaan senang.

"Tidak perlu Kakak menjagaku. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Dan jangan salahkan aku kalau tiba-tiba adik mu yang cantik ini sudah punya kekasih." balas Azka bercanda

Tetapi candaan Azka membuat Baron naik darah.

"Awas saja kalau kau berani memiliki kekasih. Kekasihmu itu akan aku buat terluka!!" marah Baron kepada adiknya.

Perasaan marah Baron akan muncul ketika adiknya ini memiliki kekasih. Baron sangat posesif kepada adiknya yang lucu ini. Rasa posesif ini merupakan rasa kasih sayang Baron yang ia berikan kepada Azka.

Di ruang makan hanya ada mereka bertiga Van Baron, Van Azka dan Van Antonio. Baron tidak memiliki kasih sayang dari seorang wanita yang telah melahirkannya. Membuat Baron harus bisa menjaga Azka dan memberikan kasih sayang kepadanya.

Ibunya telah pergi meninggalkan ketika Baron berumur 10 tahun dan Azka 8 tahun. Mereka berdua telah kehilangan kasih sayangnya.

Setelah selesai makan Baron dan Azka pergi ke sekolah, Baron sudah menduduki bangku sekolah menengah atas tahun ke dua dan Azka sekolah menengah atas tahun pertama.

Azka memang lebih pandai dari kakaknya, perempuan itu mengambil jalur akselerasi pada saat sekolah menengah pertamanya.

"Kaka depan, ga mau tau Kaka harus depan!"

Six Forces Inside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang