Stasiun

44 2 0
                                    

Besi dingin pemeluk rindu
Atap rendah penyelimut sendu
Dinding halus peneman tunggu
Sandaran keras penahan lesuh

Lantai kotor pengiring langkah
Tiang-tiang menjulang seakan mengejek
Bertanya siapa yang kau tunggu?
Siapa yang kau harapkan kan datang?

Si penjaga loket bertanya,
Kemanakah tujuanmu?
Kau diam seribu bahasa
Karena kau tak punya tujuan dan tak ada kejelasan dari alasan

Lalu, si pemeriksa karcis merongrongmu
Menghujanimu dengan ribuan pertanyaan
Menganggapmu orang aneh dan gila
Pakaian lusuh bagai tak punya harta
Kau kenapa?!

Kemudian, dengan muak kau semburkan segala jawabannya dihadapan muka sang pemberi tanya

Aku! Menunggu dia datang!

Aku! Seseorang yang gila hanya karena alasan yang sederhana!

Aku! Datang kemari bukan tuk pergi melainkan tuk menanti!

Aku! Dia! Akan kembali bertemu tepat disini, diatas lantai kotor ini, aku, akan menunggu dia dengan diselimuti para dinding bisu, besi-besi dingin, dan menghiraukan segala ejekkan dari tiang-tiang yang berdiri dengan sombongnya!

Aku! Dia! Adalah kisah yang selalu terkenang ditempat ini. Hanya tempat ini yang menjadi saksi dimana aku dan dia bertemu lalu berpisah.

Pertanyaan kembali teredam, jawaban berhenti setelah menjelaskan.

Lalu, kemana dia? Mengapa tak datang?

Pertanyaan terlontar kembali
Membuat muak hati
Sang jawaban bukannya memberi arti
Dia malah pergi...

Pertanyaan merubung, sibuk membincangkan mengapa, kenapa dan ada apa dengan si pertanyaan.

Mereka mengendikkan bahu, lalu kembali seperti sedia kala.

Setiap kejadian akan terlalui saat kamu berhenti tuk peduli. Tinggalkan, acuhkan dan semua akan normal kembali.

Si penjaga loket, pemeriksa karcis pun melakukan hal yang sama. Berbeda dengan Diriku, yang masih uring-uringan mencari jawaban...

"Mengapa Dia pergi?"

💕01-09-2017

Sepintas Rasa, Serangkai Kata #1 (2017) SUDAH TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang