Eighteen

4.2K 500 32
                                    

Aku sudah memantapkan hatiku. Aku sudah tak peduli lagi. Sudah banyak yang tau tentang penyakitku. Akan lebih baik aku melakukan semauku pada tubuhku sendiri. Sudah banyak luka yang tertinggal dalam tubuhku. Sudah banyak.

Aku menatap pria itu. Aku berharap semua ini berakhir dengan cepat dan aku bisa terbebas. Aku tau tujuan awalnya mengejarku. Orang pesakitan sepertiku akan menjadi sasaran empuk namja sepertinya. Hanya karena rasa ingin tau yang berlebih dan tubuhku, ia menjadikanku wanita murahannya yang lain.

"Lakukan ini dan segera selesaikan permainan konyolmu. Hidupku sudah tak lagi menjadi milikku sendiri. Aku bukanlah diriku yang sekarang" ucapku berani.

Aku menanggalkan atasanku. Wajahnya menjadi semakin tak terbaca. Aku melangkah mendekat mempersempit jarak kami. Matanya tak pernah lupas dari mataku. Seakan tak terganggu dengan pandangan yang berada dibawah wajahku. Kakiku semakin dekat melangkah dan seketika terhenti mendengar ucapannya.

"Istirahatlah"

Ia melepaskan jasnya dan memakaikan ketubuhku hingga menutupi tubuh setengah telanjangku. Kakinya berbalik dan ia meninggalkanku sendiri dikamar.

Tubuhku lemas hingga aku tertunduk. Aku menangis sekeras-kerasnya. Aku memeluk kedua kakiku dan membenamkan wajahku diantara kedua lututku. Ada perasaan terhina menjalar dalam diriku. Dengan kasar aku mengambil jas yang menutupi tubuhku dan melemparkannya kuat kearah pintu.

"Kau pikir dirimu hebat dengan menolakku?!" teriakku.

Aku menangis tersedu-sedu. Meruntuki setiap kebodohan yang aku ciptakan sendiri. Aku mempermalukan diriku sendiri. Harusnya aku sadar jika orang lain merasa jijik denganku. Apalagi dia sudah mengetahui masa laluku. Aku sendiri merasa jijik dengan tubuhku.

"Aku membencimu appa! Sangat membencimu!" teriakku.

"Kenapa kau membuatku seperti ini!! Kenapa juga saat itu aku melihatnya!"

Aku menangis lagi mengingat hal itu. Sebuah kesalahan yang mengubah hidupku. Aku selalu menguburnya untuk diriku sendiri. Aku tak pernah membaginya. Sejak aku menemukan hal itu membuatku semakin tersiksa setiap harinya.

Sebuah kenangan dimana aku tak sengaja melihat appaku sedang melakukan hal intim dengan wanita lain dirumahku. Awalnya aku tak percaya. Seorang yang selalu aku idolakan berubah menjadi orang lain. Tak seberapa besar rasa sakitku saat appa memukulku hanya karena aku membela ibu. Tapi kali ini aku dihantamkan dengan kenyataan baru. Dimana appa yang selalu menuduh eomma selingkuh ternyata melakukan hal itu sendiri.

Pahlawanku mengkhianatiku. Bukan hanya sekali. Beberapa kali aku melihat appa bersama wanita lain. Aku berusaha untuk menyangkalnya tapi lama kelamaan tak ada perubahan dari appa. Suatu hari aku tak sengaja menjatuhkan barang saat melihat appaku dengan wanita lain. Setelahnya aku dipukul habis-habisan hingga menjerit kesakitan. Appa mengancam akan membunuh ibu dan adikku bila aku menceritakannya kepada siapapun. Dan hingga saat ini aku menyimpannya sendiri.

Aku sadari jika hal itu membuatku menghindar dari lelaki. Setiap kali melihat mereka tanpa aku sadari langsung teringat dengan kejadian itu. Lama kelamaan aku mulai membiasakan diri untuk berbaur dengan semua orang tapi menjaga jarak dengan para pria. Aku akan menghindari segala bentuk kontak fisik dengan mereka yang akan mengingatkanku dengan kejadian lalu.

Tapi semua pertahananku sekarang sia-sia. Hanya karena satu orang sudah memporak-porandakan segala kegigihanku. Segala masa laluku terkuak tanpa bisa aku cegah. Tubuhku sudah bukan jadi milikku. Tubuhku sudah hancur dari awal. Aku tak memilikinya. Tak layak jika orang lain menginginkannya.

****

Jongin berdiri dibalik pintu dengan tangan terkepal. Ia berusaha mati-matian untuk menekan hasratnya karena Kyungsoo. Gadis itu benar-benar membuatnya gila. Bila saja ia tadi tak bisa menahan entah apa yang terjadi nantinya.

I Dont Need A Man (Season 1) (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang