Aku mencoba menggerakkan badanku tapi ada sesuatu yang mengganjal. Ada sesuatu yang memberati tubuhku hingga tak bisa bergerak. Aku membuka mataku perlahan dan hanya kegelapan yang bisa aku liat. Aku meraba bagian perutku dan disana ada sesuatu. Seketika aku langsung panik. Aku menggerakkan sebuah tangan yang melingkar di perutku. Semakin aku mencoba melepaskannya semakin erat tangan itu melingkar disekitar perutku.
"Kembalilah tidur"
Sebuah suara serak terdengar sangat jelas didekat telingaku. Sontak aku menjerit hingga membuat tangan tadi menghilang dari perutku dan digantikan gerakan kasar dikasur. Setelahnya lampu kamar menyala dan aku bisa melihat siapa yang tertidur disampingku.
"Ada apa?" tanyanya panik.
Dari wajahnya aku bergerak turun memandang tubuhnya yang tak ditutupi sehelai kainpun. Aku langsung menutup wajahku dengan kedua tanganku malu. Apa yang telah aku lakukan hingga bisa satu ranjang dengan seorang pria.
"Hei...kau kenapa?" tanyanya sekali lagi dan menyentuh bahuku.
Sebuah refleks tak terelakkan membuatku mendorongnya. Mataku menatap wajahnya yang terlihat kaget akibat perlakuanku.
"A-Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku gagap.
Ia menaikkan sebelah alisnya.
"Ini kamarku" jawabnya.
Aku melihat ke sekeliling kamar. Ternyata benar ini kamarnya. Walaupun aku baru dua kali berada dikamar ini hanya dengan kesan maskulin kamar ini aku bisa langsung mengenalinya.
"Maaf" ucapku dan beranjak turun.
Belum sempat kakiku menempel lantai, tanganku sudah ditarik hingga aku terjatuh dikasur. Aku menatapnya kesal dan hanya dibalas dengan senyuman menjengkelkannya.
"Aku tak menyuruhmu untuk pergi" ucapnya.
"Tapi aku ingin pergi" sahutku.
"Kenapa?"
Aku tak suka mendengar nada bicaranya. Seakan-akan mengejekku dan nadanya sangat menyebalkan.
"Karena ini bukan kamarku!" kesalku.
"Mulai sekarang ini kamarmu"
Ia bergerak hingga berada diatasku. Aku langsung panik. Aku menahan bahunya dengan kedua tanganku. Ia menyunggingkan senyuman miringnya. Dia benar-benar licik. Bisa-bisanya memanfaatkan kondisi seperti ini untuk keuntungannya sendiri.
"Mau apa kau?" cecarku.
"Kau tau kan apa yang terjadi jika namja dan yeoja dalam ruangan tertutup seperti ini?" tanyanya retoris.
Aku menggeleng kuat. Tidak mungkin dia akan memanfaatkanku hanya untuk mendapatkan tubuhku. Jika memang ia seperti itu maka segala hal yang aku pikirkan tentang namja ini benar adanya. Dia tak jauh dari kata namja brengsek.
"Bersiaplah. Aku ingin membawamu ke suatu tempat" ucapnya lalu mencium keningku.
Ia beranjak dari atas tubuhku dan turun dari ranjang. Aku hanya ternganga diatas kasur. Pergerakan mataku mengikuti gerakannya. Ia memakai jubahnya dan keluar kamar. Kini aku sendirian di kamar ini. Aku mengambil bantal dan membenamkan wajahku kedalamnya.
"Ish...pabo! Apa yang aku pikirkan? Bisa-bisanya aku menuduhnya sembarangan seperti itu" gerutuku yang hanya terdengar olehku.
Aku menggeser bantal yang menutupi wajahku dan mendekapnya didadaku. Aku menerawang menatap langit-langit kamar.
"Tapi kan dia yang membuatku berpikir seperti itu" gumamku.
"Aish...molla!"
Aku beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Mandi air dingin dipagi bagus untuk menghilangkan pikiran-pikiran burukku. Setidaknya saat ini ia tak berbuat macam-macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Dont Need A Man (Season 1) (TERBIT)
RomanceHighest rank :#89 in Fanfiction (12.05.18) #2 in Kaisoo (11.07.18) #18 in Kaisoo (07.08.22) Hidup tak selamanya indah. Semuanya tak selalu diisi dengan kesenangan dan tawa. Terkadang tangis dan kekecewakan datang menghampiri dan merusak segalanya. S...