Kyungsoo berjalan cepat memasuki mansion Jongin. Ia mengabaikan berbagai sapaan dari para pelayan. Hal itu membuat para pelayan bingung dengan tingkah nona mereka. Tak biasanya nona mereka mengabaikan sapaan mereka.
Kyungsoo membanting pintu kamar kencang hingga menimbulkan suara yang cukup kencang. Kyungsoo tak peduli lagi. Ia marah. Ia kecewa. Dan ia merasa dikhianati untuk kedua kalinya.
Tubuh Kyungsoo jatuh terduduk dilantai dekat dengan ranjangnya. Tangisnya mulai meraung-raung. Segala yang ia rasakan dan pendam semua keluar beserta air matanya.
Hinakah dia hingga tak ada yang menginginkannya? Apa ia berbuat salah? Apa ia berbuat dosa hingga Tuhan menghukumnya cukup berat? Apa ia bukan orang yang cukup baik selama ini?
Kyungsoo berteriak kencang melepaskan segala emosinya. Dadanya sesak. Ia memeluk perutnya. Bila ini memang salahnya ia tak ingin darah dagingnya ikut menderita bersamanya. Cukup dia dan hanya dia yang menderita. Kyungsoo tak ingin lagi melihat orang terkasihnya menangis karenanya.
Cukup lama Kyungsoo mengeluarkan segala emosinya dan mengabaikan gedoran pintu dari pelayannya. Ia ingin sendiri. Setidaknya kesunyian adalah teman baiknya. Tak pernah ada kata yang keluar untuk membohonginya. Hanya diam yang mampu menenangkannya.
****
Jongin kembali ke mansionnya dan mendapati beberapa pelayan berkerumun didepan kamarnya. Ia memang sudah mendapat laporan jika Kyungsoo mengurung diri dikamar. Pelayan yang melihat kedatangan tuannya langsung membubarkan diri.
Jongin memandangi pintu kamarnya lekat-lekat. Ia menghembuskan nafasnya pelan. Dan tanpa bantuan apapun Jongin menendang kuat pintu kamarnya hingga terbuka lebar. Jongin masuk dan langsung mencari Kyungsoo. Gadis itu jatuh pingsan dipinggiran ranjang.
Jongin langsung menghampiri Kyungsoo dan membopongnya. Ia berlari kearah pintu utama dan disana Yun sudah menanti tuannya.
"Cepat ke rumah sakit!" perintah Jongin.
Yun mulai menjalankan mobilnya. Dibelakang, Jongin terlihat khawatir dengan kondisi Kyungsoo. Gadisnya sangat pucat dan lemah.
Jongin mengelus lembut pipi Kyungsoo. Wajahnya terkesan datar tapi pancaran matanya memancarkan ke khawatiran. Yun melirik dari spion mobil. Ia tau jika tuannya tak sekejam itu. Hanya saja banyak hal yang membuat tuannya kalut.
Sesampainya di rumah sakit, Jongin langsung membawa Kyungsoo ke Emergency Room. Disana para suster dan dokter langsung menangani Kyungsoo. Jongin hanya melihat dari kejauhan bagaimana Kyungsoo ditangani. Niatnya masih sama. Ia akan membunuh anak itu. Ia tak peduli jika itu adalah anaknya sendiri, darah dagingnya.
Jongin mencegat salah satu dokter yang menangani Kyungsoo.
"Aku ingin melakukan aborsi"
Dokter itu menatap Jongin bingung. Jongin menunjuk Kyungsoo dan tatapan dokter itu mengikuti arah tangan Jongin.
"Aku ingin kau melakukan aborsi padanya"
Dokter itu terkejut menatap Jongin tak percaya.
"I-Itu t-tak mungkin" jawab dokter itu gugup.
"Kau tak bisa?" tanya Jongin dengan tatapan mengintimidasinya.
"I-itu i-ilegal"
Dokter itu takut dengan tatapan yang diberikan Jongin.
"Kau masih berniat membunuhnya?"
Jongin menoleh dan langsung mendapat sambaran bogem mentah dari Chanyeol.
"Harusnya aku melakukannya sedari tadi" ucap Chanyeol.
Jongin menjilati luka disudut bibirnya. Ia tersenyum remeh menatap Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Dont Need A Man (Season 1) (TERBIT)
RomanceHighest rank :#89 in Fanfiction (12.05.18) #2 in Kaisoo (11.07.18) #18 in Kaisoo (07.08.22) Hidup tak selamanya indah. Semuanya tak selalu diisi dengan kesenangan dan tawa. Terkadang tangis dan kekecewakan datang menghampiri dan merusak segalanya. S...