[BOY] 8. Realized

1.6K 72 4
                                    

Author POV

Bunyi tamparan keras itu menggema di dalam ruangan. Siapapun yang mendengarnya pasti akan merasa ngilu. Dan pelaku yang telah melakukan itu tidak lain tidak bukan adalah...

"CUKUP HENTIKAN, STELLA! KAU SUDAH KETERLALUAN!"

Steven bangkit dari tidurnya setelah mendengar bunyi keras tamparan yang di lakukan oleh Stella. Tanpa memperdulikan keadaannya, Steven melepas semua benda yang menempel di tubuhnya. Lalu mendekati Nadine yang terdiam dengan sebelah tangan memegangi pipi kirinya yang memerah bekas gambar tangan Stella tentunya.

Stella sendiri terdiam tak bisa bergerak bahkan berkedip sekalipun. Tangannya yang bergerak sendirinya lalu teriakan Steven yang membuat siapapun pasti ketakutan. Hal itu sukses membuat Stella tersadar akan kesalahan yang ia lakukan. Dengan cemas Stella bermaksud mendekati Nadine yang kini mulai menangis terisak. Pasti rasa panas itu sudah menjalar keseluruh permukaan wajahnya dan tentunya rasa sakit yang membuat Stella sangat khawatir.

"Jangan bergerak dari tempatmu itu! Kuperingatkan jangan dekati putriku!"

Stella terkesiap mendengar suara dingin dan tegas Steven. Ia bahkan tak sanggup harus membalas perkataan Steven. Tanpa bisa di cegah Stella ikut menangis seolah merasakan kesakitan yang di rasakan oleh Nadine saat ini. Namun apalah daya, Steven sudah memperingatinya. Yang bisa dilakukan oleh Stella adalah diam atau menjauh untuk saat ini. Dan opsi kedua adalah pilihan yang Stella ambil. Tanpa menoleh kembali Stella keluar ruangan rawat inap Steven. Di luar barulah tubuhnya ambruk di depan pintu dengan tangan yang meremas dada seolah merasakan sakit yang tak kasat mata.

Di dalam, Steven memeluk erat tubuh Nadine yang bergetar. Steven pun membawa Nadine duduk di sofa yang tak jauh darinya. Masih dengan menangis Nadine menumpahkan semua air matanya dengan isakan yang memilukan hal itu sukses membuat Steven terenyuh bahkan ikut meneteskan air matanya.

"Sssttt.... Papah disini. Jangan takut ya, sayang"

Nadine masih terus terisak hingga perlahan tubuhnya mulai kembali tenang. Hanya sisa air mata yang membekas di kedua pipinya. Steven masih dengan setia memeluk dan memberikan kata penenang untuk Nadine.

"Pah... Hiks... Sa... Kit"

"Sini biar Papah obati"

Nadine mendongkakkan kepalanya menghadap Steven. Dengan perlahan Steven mengolesi krim ke bagian yang mulai sedikit bengkak itu akibat tamparan keras tadi. Lalu meniup pelan, sambil mengamati wajah Nadine yang sesekali meringis kesakitan.

"Sebentar lagi pasti akan sembuh. Jadi jangan menangis lagi, agar krimnya bisa cepat meresap"

"Baik, Pah"

Steven mengecup kening Nadine lembut lalu mulai mengambil tabnya dan membacakan sebuah cerita dongeng kesukaan Nadine. Dengan antusias gadis cantik itu bersandar di bahu Steven yang mulai membacakan cerita dari tab lelaki itu.

"Pada zaman dahulu... Hidup lah seorang putri yang cantik. Dia bernama Putri Natasha..."

Nadine mendengarkan dengan serius hingga tak terasa matanya mulai memberat dan perlahan ia tertidur lelap di bahu Steven. Steven pun menaruh tabnya dan membenarkan posisi tidur Nadine agar tetap nyaman. Steven mengusap kepala putrinya yang malang. Setelah mendengar berita yang membuatnya salah paham, lalu sekarang ia harus di tampar hanya karna ia mengatakan bertemu dengan ayahnya.

"Memang nya kenapa kalau dia bertemu dengan Ayah kandungnya? Itu sudah semestinya. Kalau dengan bertemu Samuel dapat membuat Nadine tersenyum sepanjang hari. Aku ikhlas menerimanya. Tapi kenapa kamu tidak sayang? Kenapa kamu justru menamparnya. Astagfirullah hal adzim"batin Steven.

[7] Because Of You (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang