My Beloved Prince - 32

682 39 2
                                    

"Sam"panggilnya. Pria yang merasa namanya dipanggil itu pun menoleh, ia tahu siapa pemilik suara tersebut.

"Kenapa?"Alan mendekatinya.

"Gua mau nanya sesuatu"Sam menghembuskan nafasnya kasar.

"Alyn pernah cerita sesuatu gak tentang penculikan atau ancaman gitu ke lo?"

"Loh kok lo nanya ke gua sih? Bukannya yang harus tau itu lo sebagai pa..mantan!"ujarnya dengan penuh penekanan.

Sempat sakit hati Alan mendengar ucapan itu tapi ini semua ia lakukan demi keselamatan Alyn--orang yang sangat ia cintai dan menginginkannya bahagia.

Alan menarik dan membuang nafasnya sejenak.

"Iya sih, tapi gua lihat lo yang beberapa hari ini lebih akrab sama dia. Jadi karena itu gua nanyanya ke lo"Sam mengangguk.

"Enggak"jawabnya singkat dan kemudian kembali berjalan.

Baiklah, hanya itu yang ingin ia dengar. Alan kemudian berbalik dan kembali melanjutkan kegiatannya.
Sepanjang perjalanan semua orang membisik-bisikkan dirinya. Memang sedikit pelan tapi mampu didengar oleh Alan.

Kasihan banget ya, masa pacarnya mau dijodohin sama Si Sam anak baru itu sih!

Ih lo nih ya, mereka itu udah mantan

Yaudahlah, sama gua aja Kak Ketos

Gak tau diri banget tuh cewek, rela ninggalin Ketos Ganteng hanya untuk bocah ingusan itu

Oh my baby, kasihan banget sih kamu

Pengen banget dah gua cakar-cakar muka cewek gak tau diri itu

Hanya Tuhan yang bisa membalas semuanya

Oh ya denger-denger, anak baru itu kan temennya Kak Ketos iya kan ?

Wah, nusuk dari belakang jadinya

Tikungan maut

Kok Si Alyn mau-mau aja sih?

Ya kan cewek murahan, semua diembat

Pasti galau banget Kak Ketos

Sakit ya hatinya, sini biar aku yang obatin

Begitulah kiranya seper....dua belas dari bisikan-bisikan mereka. Sedangkan Alan? Hanya menggelengkan kepala dan sama sekali tidak mengerti apa yang mereka maksud hingga seseorang tanpa sengaja menabrak dirinya.

BRUK!

"Eh, maaf-maaf, gua gak sengaja"

Suara itu? Bukankah itu suara Alyn?

Alan menaikkan dagunya ketika tadi baru saja merapikan seragam miliknya itu.

"Alyn?"Alan sama sekali tidak menyangka jika dirinya akan bertemu kembali dengan pacar ralat mantannya ini.

"Apa kabar?"Alan terheran-heran. Senyum di bibir mantannya itu semakin membuat hatinya hancur . Senyum palsu.

"Lyn, gua minta--"

"Maaf again? I'm sorry, Mr.Alan. I don't have much time"Alyn menghindar dari orang yang nantinya akan membuat air mata itu lagi-lagi menetes.

"Tunggu"Alan memegang lengan itu dengan sangat hati-hati, bagaimana jika ia kesakitan?

"Lepas--"

"Lo dijodohin sama Sam?"tanya Alan to the point.

DEG!!

Bagaimana Alan bisa tahu ini?
Namun sesaat ia baru menyadari ini adalah sebuah sekolah yang dimana satu berita pun tidak akan ada yang bisa lolos. Termasuk ini bukan?

"Tenang, ingat kata Sam, Alan gak akan sedih kalau tahu ini. Lagi pula dia juga yang memutuskan hubungan kalian"batin Alyn menguatkan.

"Ya"Alyn kemudian meninggalkan Alan yang terlihat sangat syok sama seperti dirinya saat mengetahui hubungan indah itu berakhir.

"Good job"batin seseorang dari balik pepohonan rindang itu.

"Alyn, tunggu"Cukup, sekarang bukan saatnya untuk kaget atau sejenisnya. Apa maksud semua ini? Dan bagaimana bisa? Itu yang terpenting.

Alan berusaha mensejajarkan langkahnya dengan gadis mungil itu--berharap ada penjelasan darinya.

"Apa lagi?"

"Jelasin semuanya"Alyn lagi dan lagi menghembuskan nafasnya. Apa belum cukup lelaki ini menyakitinya?

"Jelasin apa? Aku... ups gua gak berhak lagi ngomong kayak gitu ke lo lagi kan? Tentang penjelasan, semua udah jelas. Gua dan Sam dijodohkan. Dan kami berdua menerima itu dengan senang hati. Toh, kami sama-sama single"Alyn melangkah pergi. Tapi tangannya tiba-tiba ditarik hingga membuatnya terkejut dan...

CUP!

PLAK!

Tepat saat Alan melonggarkan dekapannya sedikit, Alyn menamparnya dengan sangat keras. Tidak peduli siapa saja yang ada disana. Ia sudah sangat marah.

Alan memegang pipinya cukup lama karena bekas merah yang tercetak dengan sangat jelas disana.

"Apa lagi yang lo mau sih? Bukannya lo yang mutusin gua, kenapa? Bahkan gua masih bisa terima karena keputusan yang tidak didasari oleh alasan apapun, gua ada salah? Gua pernah nyakitin lo? Gua pastikan enggak ada karena lo gak pernah kasih gua kesempatan untuk itu. Lo yang selalu nyakitin gua. Nyakitin hati ataupun fisik, semua. Cukup, gua udah capek. Gua juga manusia. Gua juga pengen bahagia sama kayak cewek-cewek lain. Lo inget pertama kali kita ketemu,"Alyn menunjukkan senyuman miringnya.

"Saat lo bilang, gua sama kayak cewek-cewek di luar sana. Bahkan sampai sekarang, lo masih kekeh dengan pernyataan itu. Cewek-cewek yang dengan sekali tunjuk maka cewek itu bakalan jadi pacar lo atau bisa jadi istri lo yang seberapa kali pun lo sakitin mereka bakal terima gitu aja. Enggak, gua gak selemah itu"Alyn meninggalkan lelaki itu. Kini sama sekali tidak ada cinta di matanya melainkan kebencian dan amarah.

Alan POV

Betapa terkejutnya Alan saat mendengar ucapan itu. Ucapan yang menurutnya amat menusuk. Apa ia sejahat itu? Apa ia sekejam itu? Hingga membuat sorotan mata yang biasanya ia sukai karena terdapat banyak keceriaan berubah menjadi penuh kebencian dan amarah.

"ARGHH!!"Alan mengacak-acak rambutnya. Ia sungguh frustasi.

Bersambung ...

Gimana?
No silent readers

My Beloved Prince || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang