Prologue

5.8K 505 23
                                    

Bae Joohyun tak pernah mengira hidupnya bisa lebih sial dari harus berjuang hidup sendirian di tengah-tengah kiamat zombie, dan kelaparan. Ia meremas bagian kepalanya yang tadi terantuk sudut lemari kayu; berharap remasan itu dapat menembus tempurung kepalanya dan menakut-nakuti rasa sakit yang ia rasakan. "Sial..." Desisnya, sembari bangkit perlahan.

Mengesampingkan denyutan-denyutan menyakitkan di kepalanya, ia menyeret kakinya ke dekat jendela. Dari celah-celah koran-koran bekas yang sengaja ditempelkan di kaca-kacanya ia menerawang ke luar; matahari telah disabotase oleh bulan. Yang mana membuat wanita cantik berperawakan mungil itu mendesis lagi untuk yang kedua kalinya.

"Double sial!" Bibirnya mengerucut, pipinya menggembung lucu.

Hari masih terik saat ia bersiap-siap untuk berburu persediaan makanan dan kebutuhan lainnya; setidaknya sebelum sepatu usang bodohnya terpeleset bibir tangga, membuatnya oleng, tergelincir, lantas tak sadarkan diri.

Joohyun memutuskan untuk menunda pencariannya sampai besok. Karena percayalah, malam hari dan para mayat hidup yang kelaparan adalah kombinasi yang jauh dari kata baik.

Ia menuju lantai atas, memasuki kamarnya dan langsung merebahkan diri. Ia meringis. Rasa lapar seolah menggerogoti isi perutnya.

"Tahan sampai besok, okay?"

Tapi selang beberapa saat kemudian ia meringis lagi, meremas pelan perutnya yang mengeluarkan protes lagi dan lagi. "OKAY! OKAY! Kau menang! Hanya saja jangan salahkan aku kalau kau berakhir jadi santapan para monster itu. Deal?"

Dengan suara perutnya yang kelaparan dan seolah mengiyakan, Joohyun bangkit. Dan dengan ransel di punggung serta lampu senter dan pisau dapur di tangan, ia keluar dari zona amannya.

Lingkungan sekitar rumahnya sepi. Tak ada mayat hidup satu pun.

Joohyun baru berjalan sekitar dua blok saat suara geraman familiar memasuki indra pendengarannya. Ia meneliti sekitarnya dengan waspada. Tapi tak mendapati apapun disamping suara geraman menuju putus asa yang terus didengarnya. Ketika sorot lampu senternya terarah ke tumpukan sampah; ia menghela nafas lega. Sebuah kepala tanpa hidung dengan rahang yang mengatup-ngatup tak karuan, seorang pria -well, setidaknya dulunya makhluk itu adalah seorang pria-. Mata tanpa jiwanya tengah menatapnya penuh nafsu; seolah dirinya adalah santapan terlezat hasil kemahiran tangan seorang koki restoran bintang lima.

Joohyun mendekati makhluk itu. Menatapnya lama-lama membuatnya teringat pada ibu dan adiknya. Maka dari itu ia tancapkan pisau dapurnya tepat di tengah kening makhluk itu lalu ia cabut kembali. "Kedamaian bersamamu." Gumamnya.

Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri dan merasa waspada. Ia berbalik seketika. Mencari tanda-tanda mayat hidup lain, tapi nihil. Sebaliknya, ia merasa diawasi dari setiap celah gelap. Entah oleh siapa, atau lebih tepatnya entah oleh apa. Membuatnya segera bergegas dari sana secepat mungkin.

Joohyun mengatur nafas sesaat lalu memasuki mini market pertama yang dilihatnya. Ia memeriksa setiap lorong-lorong sebelum membuka ranselnya dan memasukan apa saja yang bisa ia konsumsi; meski tak banyak, karena kebanyakan makanan-makanan itu telah kadaluarsa.

Ia tengah berdiri di bagian pembalut ketika lengan yang membusuk menyerangnya. Ia berusaha berbalik, mengeluarkan pertahanan diri. Pisau dapurnya lepas dari genggaman karena serangan yang tiba-tiba. Ia sempat mengamati makhluk itu sesaat; tenggorokan sampai dada atasnya bolong. Menjelaskan kenapa makhluk satu itu sama sekali tak bersuara.
Tangan kiri Joohyun menahan makhluk itu, menjauhkan kepalanya dari jangkauannya. Sementara tangan kanannya meraba-raba rak di belakangnya. Ia menggenggam apapun yang cukup berat dan menghantamkannya pada makhluk itu; tapi tak berefek. Ia mendengus ketika mengetahui botol cairan pembersih lantailah yang ada di genggamannya.
Joohyun kehilangan keseimbangan dan terjatuh, sang mayat hidup di atasnya, siap untuk menyantapnya. Namun sekelebat angin membawa makhluk itu jauh darinya. Ia melihat sosok seorang pria menekan makhluk itu ke tembok.

ZOMPIRE | EXO SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang