Oh Sehun memasang wajah datar saat saudaranya, Oh Eunwoo, menyodorkan seekor tupai yang masih hidup ke hadapannya.
"Kau tahu? Melihat hewan ini saja aku sudah merasa muak."
"Well, kau tahu?" Eunwoo menyeringai. "Kau tidak sedang berada dalam posisi untuk memilih, Brother. Suka atau tidak suka kau harus mengkonsumsi darah untuk sistemmu, kecuali kau ingin tubuhmu termumikan; apa boleh buat?"
Sehun mendengus. "Ugh. Kuharap hewan ini segera punah. Aku benci tupai."
Komentar Sehun membuat Eunwoo menggeleng-geleng sambil terkekeh kecil. Mereka berdua seumuran tapi Sehun selalu menjadi yang paling childish —atau mungkin dirinyalah yang bersikap sok dewasa saat bersama Sehun—.
Sehun menancapkan taring tajamnya dengan enggan saat bau darah segar melewati indra penciumannya. "Kau mencium itu?"
Eunwoo mengernyit, "Manusia..." Dan ia membeku.
Bau darah segar itu semakin tajam. Seketika insting makhluk predator Sehun mengambil alih.
"Tidak. Sehun. Diam di—"
Sehun bangkit dan melesat sebelum Eunwoo sempat menyelesaikan peringatannya.
"God damn it!" Umpatnya sebelum ikut melesat mengejar Sehun.
Eunwoo menambahkan beban di kedua telapak kakinya ketika ia sudah bisa melihat Sehun; saudaranya itu tengah memasang kuda-kuda, mengamati seorang manusia, pria dewasa, yang tengah dikerumuni tiga mayat hidup. Pria itu menjerit-jerit, melolong-lolong kesakitan seiring dengan kulit dan daging direnggut paksa dari tubuhnya. Darah dimana-mana.
"Sehun. Jangan..."
Punggung Sehun menegang dan berbalik. "Aku tidak bisa. Aku tidak bisa."
"Ya, kau bisa!" Eunwoo memperpendek jaraknya dengan Sehun. "Ingat siapa kita!"
"Oh, aku ingat dengan benar siapa kita, Brother. Kita adalah vampir dan vampir memang sudah seharusnya menghisap darah manusia." Ucap Sehun di balik gertakan giginya.
"Kita memang vampir, tapi kita bukan monster." Tegas Eunwoo.
Sehun berdiri dalam dilema. Sedetik ia menoleh pada mangsanya, sedetik ia menoleh pada saudaranya. "Mengapa kita harus membiarkan manusia itu mati sia-sia, Eunwoo? Kematiannya bisa lebih singkat dan lebih berguna jika kita yang mengambil alih."
"Itu bukan intinya, Sehun. Intinya adalah... dia seorang manusia. Dan kita tidak menyakiti manusia."
Sehun menggeram frustasi sebelum melesat lagi dan hilang dari pandangan Eunwoo.
Eunwoo menghembuskan nafas lega. Lalu pandangannya jatuh pada pemandangan mengenaskan. Suara pria itu tak terdengar lagi. Ia memejamkan mata dan beranjak dari situ. Tapi langkahnya berhenti ketika kakinya menendang sebatang besi. Tumpul di satu sisi, dan tajam di sisi lain. Ia terdiam sesaat. Lalu dalam sekejap ia meraih besi itu dan dalam sekejap pula ia melumpuhkan ketiga mayat hidup yang tengah sibuk dengan santapan mereka hanya dengan satu lubang di kepala masing-masing.
Barulah Eunwoo benar-benar meninggalkan tempat itu untuk mencari Sehun. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengetahui keberadaan Sehun karena tepat saat ia mencium bau darah segar lain; firasatnya mengatakan bahwa Sehun juga ada disana.
Ia melesat mengikuti jejak bau darah segar itu; berakhir di sebuah bangunan mini market. Ia mempercepat pergerakannya dan segera memasuki mini market tersebut. Matanya membelalak saat melihat seorang wanita tergeletak di hadapan Sehun. "APA YANG KAU LAKUKAN, OH SEHUN?!" Serunya, secara spontan menghampiri wanita itu dan merengkuhnya.
Sehun mendelik menyaksikan saudaranya beserta jiwa kemanusiaannya yang masih tertinggal beraksi.
"Demi Tuhan, apa yang tidak kau mengerti dari perkataanku sekitar 10 menit lalu tentang kita tidak menyakiti manusia?!" Eunwoo meringis mengamati bekas taring saudaranya di leher wanita malang yang berada di tempat yang salah dan bertemu dengan orang yang salah itu.
"Dia akan baik-baik saja," Sehun terkekeh, "Ini tidak seperti aku menghisap darahnya sampai kering atau semacamnya..."
Eunwoo menatap Sehun tajam. "Intinya kau tetap mengabaikan peringatanku!"
Sehun mendelik lagi. "Ayolah, Brother... Aku hanya menghisap darah tupai atau kelinci selama berbulan-bulan sampai wanita ini muncul. Apa yang kau harapkan? Aku bukan 'vegetarian' sepertimu, kau tahu itu, sorry not sorry."
"Terserah." Eunwoo memutar bola matanya jengah. "Lalu apa yang akan kita lakukan dengannya?"
Sehun mendekat dan mengangkat wanita itu.
"Apa yang akan kau lakukan padanya?" Tanya Eunwoo sembari ikut berdiri.
Sehun tersenyum. "Tentu saja membawanya kemana pun aku pergi."
"Apa?!" Eunwoo terbelalak. "Untuk apa? Kau tidak bisa melakukan itu, Sehun!"
"Tentu saja aku bisa." Senyum Sehun berubah jadi seringaian. "Karena mulai sekarang aku adalah tuannya, dan dia adalah kantong darah berjalanku. Kami punya kesepakatan. Disamping itu, dia telah terikat padaku."
"AP— Seh— Sehun kau tidak sedang mencoba mengatakan bahwa kau telah membagi darahmu dengan wanita itu 'kan?"
"Sayangnya iya."
"APA KAU SUDAH KEHILANGAN AKAL, OH SEHUN?! Kau tahu sebagai seorang vampir berbagi darah adalah hal yang personal! Dengan begitu kalian berdua akan saling terkoneksi!"
Sehun mengedikkan bahu tak peduli. "Bukan masalah..."
"Dan kau juga tahu apa artinya itu; dia makhluk mortal, Oh Sialan Sehun! Dan jika dia mati, maka kau juga mati!"
"Bukan masalah..." Ucap Sehun lagi, pandangannya jatuh pada raut wajah wanita yang terlelap di dadanya. "Karena aku tak akan membiarkan wanita ini mati. Aku akan melindungi hidup wanita ini sebagaimana aku melindungi hidupku sendiri."
Eunwoo tertegun. "Wanita itu akan jadi kelemahanmu, Sehun."
"Maka biarkan dia jadi kelemahanku."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ZOMPIRE | EXO Sehun
FanfictionBae Joohyun telah bertahan hidup selama 3 tahun dalam kiamat zombie, sendirian. Sampai pada suatu malam di sebuah mini market ia ditaklukan oleh seorang vampir berusia 282 tahun, Oh Sehun. Vampir tampan namun gila kontrol itu menjadikannya sebagai k...