Chapter Three

2.8K 363 25
                                    

Joohyun menuruni tangga secepat mungkin sambil sesekali menengok ke belakang, takut jika Sehun mengikutinya, dan karena itu ia menabrak Eunwoo.

"Hey, tenang. Ada apa?"

Tangan Joohyun menempel di dada; menenangkan detak jantungnya yang bermaraton. Setelah tenang, ia amati sekilas pria di hadapannya. Menawan, bukan rahasia.

"Teman psikopatmu di atas sana, dia sangat pandai membuat orang lain ketakutan dan ingin pergi sejauh mungkin dari sekitarnya."

Eunwoo terkekeh. "Dia Oh Sehun, saudaraku. Membuat orang lain terintimidasi memang menjadi salah satu spesialisasinya. Kurasa kau harus terbiasa dengan itu mengingat, well, kau terlibat 'suatu urusan' dengannya. Aku turut prihatin."

"Ya..." Joohyun mendesah mengingat kesepakatan —tak menguntungkan— konyolnya dengan Sehun. "Aku juga prihatin pada diriku sendiri."

Eunwoo menekan bibirnya. "Ngomong-ngomong, kita belum sempat berkenalan secara formal, aku Oh Eunwoo." Ia mengulurkan sebelah tangannya ke hadapan Joohyun.

Joohyun membalas uluran tangan Eunwoo. "Aku Bae Joohyun," tanpa diduga perutnya berbunyi cukup kencang, ia meringis malu, "dan aku lapar..."

Eunwoo tertawa. "Mari ikuti aku."

Eunwoo membawa Joohyun ke sebuah ruang makan yang berukuran beberapa kali lipat lebih besar dari ruang makan di rumahnya.

Telah tersedia beberapa menu dengan aroma yang menggugah selera di meja makan elegan yang terletak tepat di tengah-tengah ruangan. Joohyun duduk di salah satu kursinya.

"Aku mencoba mengikuti beberapa resep dari buku; tapi gagal. Jadi aku putuskan untuk sedikit bereksperimen, dan ini semualah hasilnya," aku Eunwoo. "Menu-menu yang belum memiliki nama." Tambahnya.

Joohyun tersenyum. "Semuanya terlihat lezat." Ia mencicipi satu demi satu makanan yang terhidang untuknya dan menghasilkan ekspresi puas dan takjub untuk Eunwoo. "Wow, kurasa kau harus membuka sebuah restoran. Kujamin laku keras."

Eunwoo terkekeh. "Well, dengan senang hati, tapi..."

"Kenapa?"

Eunwoo tak menjawab. Ia hanya memberi Joohyun isyarat 'Duh, kau tahu kenapa...'.

"Oh, benar... Kiamat zombie..."

"Zombie tidak pergi ke restoran, kau tahu."

Joohyun tertawa. "Pergi ke restoran untuk pesan makan? Mungkin ya mereka tidak. Tapi untuk yang lain? Untuk menyantap sang koki dan para pelanggannya, misalnya?"

"You got the point, Girl." Eunwoo mengatakan itu sambil tergelak.

"Ekhm, aku benci mengganggu obrolan hangat kalian tapi jika kau sudah selesai, Wanita, aku butuh makan." Ucap Sehun.

Seketika tawa Joohyun lenyap. "Ugh, perusak suasana..." Gerutunya.

"Aku mendengar itu, Wanita."

"Dan wanita ini punya nama; Bae Joohyun. Bisakah kau memanggilku dengan pantas?"

Sehun menggeleng. "Tidak bisa."

Joohyun mengernyit. "Maaf?"

"Kubilang aku tidak bisa." Jawabnya sambil tersenyum mengejek. "Karena aku akan memanggilmu dengan caraku sendiri, semauku. Titik. Sekarang ayo ikuti aku sebelum tingkat kelaparanku memburuk dan proses pemenuhannya akan berjalan dengan lumayan... kasar."

"Sehun... Tidak ada kekerasan." Eunwoo memperingatkan.

Sehun mengangkat bahu. "Tergantung apakah dia bisa diajak berkompromi atau tidak." Ucapnya sambil berlalu.

Joohyun mendesah, mengikuti Sehun setengah hati.

"Maaf ini harus terjadi padamu." Ucap Eunwoo.

Joohyun menghentikan langkahnya sejenak. "Seakan hidupku belum cukup hancur saja dengan kehilangan ayah di usia 9 tahun, terjadinya kiamat zombie, ibu serta adikku terinfeksi dan aku harus mengirim mereka ke dalam damai dengan tanganku sendiri, lalu aku harus bertahan hidup sendirian dalam duka selama bertahun-tahun, dan sekarang datang saudara vampir berjiwa psikopat tak berperasaanmu yang meninggalkanku tanpa pilihan lain selain merelakan diriku sendiri menjadi sumber makanan pribadinya."

Setiap vampir mempunyai indra yang tajam. Membuat Sehun yang telah mencapai puncak tangga mematung mendengar penuturan Joohyun barusan. Ia menggertakan giginya. Lalu masuk ke kamarnya dan duduk diam di sofa.

Beberapa saat kemudian ia mendengar pintu kamarnya dibuka, dan ia bisa menghirup aroma Joohyun yang mulai familiar baginya. Bukan karena darah wanita itu, tapi karena ikatan yang mereka miliki.

Ketika ia mendengar Joohyun mendekat ke arahnya ia membuka mulut, "Kau bisa langsung istirahat."

"Apa?" Joohyun ingin memastikan apa ia tidak salah dengar.

"Pakai saja tempat tidurku."

"Tapi beberapa saat yang lalu kau bilang—"

"Tiba-tiba minatku hilang."

"Tapi—" Joohyun memicingkan matanya. "Kau menguping apa yang kukatakan pada Eunwoo 'kan?"

Sehun hanya terdiam.

"Jadi benar." Joohyun memejamkan matanya sesaat, lalu mendekat pada Sehun dengan langkah lebar-lebar. Ia berdiri tepat di hadapan Sehun. "Jadi saat ini kau tengah mengasihaniku, begitu?"

Sehun membuang muka. "Kubilang istirahat, Joohyun."

"Kau tahu apa? Aku tidak butuh rasa kasihanmu!" Joohyun duduk di samping Sehun, mengesampingkan rambut panjangnya sambil memiringkan kepalanya. Membuat lehernya terekspos bebas. "Jadi, ayo, hisap darahku!"

Sehun telah menindih Joohyun dalam satu hembusan angin. Mulutnya terbuka, dengan taring yang hanya berjarak satu senti meter dari permukaan kulit leher Joohyun.

"Ayo, tunggu apa lagi?" Gertak Joohyun di tengah-tengah nafasnya yang tertahan.

Kedua ujung taring Sehun telah menempel di leher Joohyun, siap untuk merobek setiap jaringan kulitnya agar dapat mengalirkan darah. Tapi kemudian Sehun menutup mulutnya, taringnya digantikan oleh ujung hidungnya, membaui aroma Joohyun dalam-dalam sambil berbisik, "I'm trying to be nice to you... Kenapa kau seperti ini...?"

"Karena aku ingin kau menyingkirkan jauh-jauh rasa kasihan menyedihkan itu dan menjadi dirimu sendiri."

Sehun mengernyit, ia mengangkat wajahnya, menatap Joohyun.

Joohyun memastikan ia menatap Sehun tepat di kedua bola matanya saat mengucapkan ini, "Seorang monster. Itulah dirimu yang sebenarnya."

Iris mata Sehun menggelap. "Tuhan tahu bahwa aku telah berusaha untuk bersikap lebih baik padamu, tapi kau mengacaukannya." Geramnya sebelum menancapkan taringnya dalam-dalam di lekukan leher Joohyun. Menghisap darah wanita itu semaksimal mungkin.

***

ZOMPIRE | EXO SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang