Chapter Thirteen

2K 286 45
                                    

Sayangku, Joohyun.

Ketahuilah,

bahwa hanya ini yang bisa kulakukan untuk melindungi kalian berdua,

bahwa aku melakukan ini karena aku sangat mencintai kalian berdua.

Sampaikan pesanku pada Eunwoo untuk menjaga kalian berdua sebaik mungkin; dan bahwa jika ia membiarkan kalian berdua kenapa-napa aku akan bangkit dari neraka untuk membawanya serta. Juga, beritahu dia, bahwa dia telah menjadi saudara terbaik bagiku.

Love, masa-masa singkatku bersamamu, it's been a blast. Terima kasih, maaf, dan aku mencintaimu. Aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal, karena akan kucari semesta, sampai aku menemukanmu lagi.

Milikmu, Oh Sehun.

Bae Joohyun meremas selembar kertas itu lalu dilemparkannya ke lantai. "Oh Sehun..." Geramnya dari balik gemeletuk giginya. Ia segera beranjak ke lemari pakaian. Dipakainya pakaian mana saja yang berhasil diraih lebih dulu oleh tangannya yang gemetaran. Selaput bening matanya mulai memanas dan cairan hangat mulai muncul, diusapnya secara kasar seraya bergegas keluar kamar.

Ia tahu tak ada mobil yang tersisa di garasi rumah maka dari itu ia mengambil sebuah kapak dari ruang bawah tanah yang akan ia gunakan sebagai senjata untuk melawan para mayat hidup yang menghalangi jalannya untuk mencari mobil layak pakai untuk ia kendarai ke Daegu nanti.

Ia berjalan cepat menuju jalan besar, semakin menjauh dari area rumah, hanya dengan diterangi sinar bulan. Tangan kanannya memegang erat kapak, sementara tangan yang lain ia gunakan untuk menangkup perutnya yang seolah semakin besar pada setiap pergantian jam. Alisnya tak pernah rileks semenjak ia membaca surat perpisahan dari Sehun. Hidungnya memerah dan sesekali kembang kempis menahan berbagai emosi yang ia rasakan. Dan jantungnya, detak jantungnya tak kalah cepat dari langkah kakinya. Kehilangan Sehun akan menjadi mimpi buruknya. Mimpi paling buruk yang tak akan pernah berakhir sekalipun ia telah terbangun.

Setelah berjalan cukup lama, Joohyun mulai bisa menangkap siluet pemukiman pinggiran kota lengkap dengan para pejalan malam, tentu. Dari yang bisa ia lihat, ada tujuh dari mereka. Ia mempercepat langkahnya, diangkatnya kapak dengan kedua tangannya lantas ia menebas kepala mayat hidup pertama yang dihampirinya. Mayat hidup lain mulai berjalan sempoyongan ke arahnya. Ia menghampiri yang lainnya, menancapkan ujung kapak di puncak kepala makhluk itu, beberapa kali, sampai ia yakin bahwa otak makhluk itu ikut terbelah. Sepasang tangan menangkap tubuhnya dari belakang, ia bisa mendengar katupan-katupan cepat dari gigi makhluk itu yang berusaha untuk merobek dagingnya dan memakannya. Ia mengibas-ngibaskan tubuhnya secara liar, belum juga mayat hidup itu lepas dari tubuhnya, fokusnya sudah harus tersita pada mayat hidup lain yang sekarang tengah berjalan pincang ke hadapannya, jemari tak lengkap makhluk itu menggapai-gapai ke arahnya.

"Holy crap!" Umpatnya. Ia membungkukkan tubuhnya dalam sekali hentakan, membuat mayat hidup yang tadi berada di punggungnya terpelanting ke arah Si Pincang sampai mereka berdua rubuh ke permukaan aspal. Ia mengayunkan kapaknya untuk menghabisi dua makhluk itu.

Peluhnya bercucuran. Ia mengusapnya, lalu mengusap perut besarnya. "Kuatlah, Sayang. Bantu ibu..." Gumamnya.

Pandangannya segera menyapu sekitar, tiga mayat hidup lain berjarak cukup jauh darinya. Ia memutuskan untuk mengabaikan mereka dan memilih untuk menghampiri van putih yang terletak beberapa langkah darinya. Pintu kemudinya telah terbuka. Bahan bakarnya penuh tapi ia tak menemukan kunci dimana pun. Ia tak tahu bagaimana cara orang-orang di film menyalakan mobil tanpa kunci dengan hanya menyambungkan kabel-kabel tertentu.

Sambil mengerang frustasi, ia keluar dari mobil itu. Pandangannya terjatuh pada dua mobil lain yang terparkir jauh di belakang tiga mayat hidup yang dari tadi masih berjalan secara susah payah untuk menjangkaunya. Tanpa sadar ia terkekeh melihat mereka.

ZOMPIRE | EXO SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang