Bathophobia - 1

4.8K 253 62
                                    

Aku kira laki-laki itu tidak berani menyakiti perempuan secara fisik seperti apa yang pernah kulihat di drama maupun film

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kira laki-laki itu tidak berani menyakiti perempuan secara fisik seperti apa yang pernah kulihat di drama maupun film. Semua hanya ekspektasi belaka. Nyatanya, kedua tanganku dipelintir ke belakang punggung dan dicengkram kuat-kuat oleh laki-laki tak berperikemanusiaan. Sialan.

Laki-laki itu berusaha mengusirku keluar dari kamarku, ralat, kamar laki-laki itu tepatnya. Sejak dua hari yang lalu aku sudah menempati kamarnya, kamar Kelana Langit Biru. Laki-laki kejam yang bahkan tidak menungguku sadar dari mimpi indah untuk mengusirku keluar dari kamarnya. Selama dua hari itu aku memang tidak bertemu Kelana di kamar. Kata Miss Juli, Kelana sedang mengikuti turnamen renang.

Seperti yang sudah diketahui satu sekolah, Kelana seorang atlet renang yang mendapatkan banyak penghargaan. Dia bahkan termasuk jajaran orang-orang terkenal--atlet lebih tepatnya. Selain itu juga, dia siswa berprestasi, kecerdasan otaknya tidak bisa dianggap remeh. Tidak menghadiri banyak kelas karna urusan ketenaran, nggak membuat dia sulit untuk meraih nilai nyaris sempurna berturut-turut. Yah, setidaknya itu isu yang kudengar.

"Aw!" pekikku. Kelana meremas kedua pergelangan tanganku semakin keras karna aku masih bergeming di tempatku, tentu saja aku tidak akan keluar dari kamarnya yang sudah menjadi kamarku juga.

"Sudah kubilang bukan aku yang minta ditempatkan di kamarmu sialan, sakit!" Kelana masih tidak melepaskan cengkramannya.

"Tidak akan sakit jika kamu keluar dari kamarku!" bentaknya.

"Hey, dengar ya, aku juga tidak sudi sekamar denganmu jika bukan karna terpaksa. Miss Juli sialan," cercaku.

Semua gara-gara keteledoran Miss Juli. Jika saja dia tidak lupa memasukkan namaku ke dalam data siswi yang akan dipindahkan ke asrama siswa, aku tidak akan bernasib seperti ini. Pipa kamar mandi di asrama siswi bocor, menyebabkan semua kamar kena banjir dadakan. Jika sarana dan prasarana sekolah kami bergerak cepat mungkin bocornya pipa tidak akan parah seperti itu. Tapi, jika tinggallah jika, semua telah terjadi sehingga aku tidak mendapatkan kamar di asrama siswa. Miss Juli hanya memberiku dua pilihan, pulang ke rumah atau sekamar dengan Kelana. Tentu saja aku tidak akan memilih pulang, bekas luka setelah liburan semester kemarin saja masih belum sepenuhnya hilang, jadi aku tidak akan mengumpankan diriku sendiri ke kandang buaya.

Aku pikir Kelana akan jarang berada di asrama karna dia mempunyai segudang jadwal yang harus dikerjakan sebagai atlet terkenal, kukira aman-aman saja sekamar dengan dia. Sialnya, pagi ini aku harus mendapati Kelana kembali ke asrama dan menyeretku yang masih tertidur untuk keluar dari kamar. Aku yang masih syok dengan sikap kasarnya berusaha mempertahankan diri untuk tetap berada di kamar ini.

Dari isu yang beredar, Kelana memang tidak pernah mau sekamar dengan siapa pun--entah itu laki-laki atau perempuan-- dari awal dia memasuki sekolah ini. Hak istimewa memang diberikan padanya, selain karna prestasi, Kelana juga seorang anak dari salah satu konglomerat di Indonesia, jadi jelas sekali apa pun yang dimintanya akan dituruti oleh pihak sekolah. Di asrama sekolah kami hanya Kelana yang mempunyai kamar sendiri, siswa atau siswi lain memiliki roomate, satu kamar berisikan dua orang.

BathophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang