Bathophobia - 25

1.6K 139 25
                                    

Waktu aku bangun, aku sudah mendengar Kelana yang marah-marah di luar sana--aku berada dalam kamar yang aku tidak tahu siapa pemiliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu aku bangun, aku sudah mendengar Kelana yang marah-marah di luar sana--aku berada dalam kamar yang aku tidak tahu siapa pemiliknya. Disertai gebrakan dan bantingan benda--yang aku duga adalah barang pecah belah. Kira-kira sekitar duapuluh menit dari aku bangun. Lantas, satu jam kemudian Kelana masuk bersama Miss Juli. Aku sungguh kaget. Bagaimana Miss Juli ada di sini? Di rumah Kelana?

Miss Juli tampak serba salah dan Kelana sendiri tampak menahan emosi. Wajah laki-laki itu bahkan sampai memerah. Buku-bukunya pun memutih saking erat genggamannya.

"Bawa dia pulang," kata Kelana. "Dan tolong, keluarkan dia dari kamar saya."

Apa? Saya?

Tunggu.

"Nggak bisa. Salahku apa?" Aku langsung duduk dari posisiku yang semula berbaring.

"Kamu salah datang ke rumah saya." Kelana menjawab kaku, penuh keformalan.

"Aku datang karena mau minta maaf atas kejadian kemarin. Kamu jangan salah paham dong." Aku sama sekali nggak terima diperlakukan semena-mena seperti ini.

"Saya nggak peduli alasan kamu. Bagi saya kamu sudah melanggar kesepakatan yang kita buat."

"Nggak bis--"

"Kamu sudah melanggar lebih dari dua kali. Tolong Miss Juli, bertindak adil sesuai kesepakatan kita." Kelana memalingkan wajahnya ke Miss Juli. Menatap guru itu penuh sorot dan emosi terpendam.

"Miss," rengekku meminta pengertian. Aku benar-benar nggak ngerti. Salahku apa sih? Harusnya aku yang marah dong karena kembarannya jeburin aku ke kolam? Bukan dia.

"Jingga, maafkan saya. Tapi, asrama siswi belum selesai di renovasi. Sesuai kesepakatan kita dengan Kelana, saya terpaksa memulangkan kamu ke rumah." Miss Juli menatapku serba salah. Benar-benar meminta kemakluman atas kejadian yang serba kacau dan dadakan ini.

Air mataku sudah hampir tumpah. Aku mati-matian untuk nggak menjatuhkannya. Hanya melihat ke atas agar tidak terlihat lemah.

"Maafkan saudari saya," ujar Kelana. "Untuk itu saya akan bertanggung jawab. Biaya pengobatan kamu sudah diurus dokter keluarga saya. Kamu baik-baik saja, hanya shock. Sebagai ganti rugi, biaya sekolah kamu selama satu semester ke depan akan saya lunasi." Kelana bahkan tidak melihatku saat mengatakan kalimat penjelasannya. Dia melihat sesuatu di belakang kepalaku yang mungkin lebih menarik dariku. Aku kesal, dia seolah bersikap menghindariku dan kembali ke awal sikapnya yang sadis.

Aku jadi ingat, kemarin aku yang berharap dia kembali sadis. Dan sekarang terkabul. Aku bahkan diusir.

Miss Juli membantuku berdiri dan siap-siap kembali ke sekolah untuk mengemasi barangku. Kelana bilang bajuku yang basah akan digantinya. Dia memperbolehkanku memakai baju yang katanya milik Keana untuk dibawa pulang dan tidak usah dikembalikan. Dia bahkan tidak mengantarku sampai pintu. Setelah memastikan aku mampu pulang, laki-laki itu pergi begitu saja, naik ke lantai tiga rumahnya.

BathophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang