Bathophobia - 2

2.9K 212 17
                                    

"Serius banget kamu, Jing," sapa Mbak Fanya yang baru datang dan duduk di kursi sebelahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serius banget kamu, Jing," sapa Mbak Fanya yang baru datang dan duduk di kursi sebelahku.

Aku menoleh, mengerutkan dahiku menatap Mbak Fanya. "Mbak Fanya ngapain ke sini?"

"Mau ngasih ini ke Abim." Mbak Fanya menunjukkan flashdisk berwarna putih.

Abim Alanda Senja adalah kakak tiriku dari pernikahan pertama mama dengan ayah yang namanya ada dalam akta kelahiranku. Mbak Fanya ini pacarnya Mas Abim, kakak seniorku di sekolah 11 Desember Banyuwangi, dan mereka sama-sama anak OSIS.

Aku menatap kembali ke depan--ke kanvas putih dengan gambar langit senja yang masih setengah jadi-- melanjutkan kegiatan melukisku. "Kayaknya Mas Abim ada kelas renang mbak, tadi ketemu pas aku mau masuk gedung A, dia pake baju renang gitu."

"Udah tahu kok, mangkannya aku ke sini mau nitipin ini ke kamu, tolong kasihin ke Abim ya?"

Aku menghentikkan sebentar gerakan tanganku yang sedang melukis.

Mati aku.

"Kenapa nggak Mbak Fanya kasihin sendiri? Kelas renang nggak jauh kok, ada di gedung sebelah, gedung B," kataku sambil melanjutkan kembali lukisanku.

"Iya tahu kok, Jingga, tapi mbak nggak bisa ke situ emmm anu, diajakin Chika ke-"

"Mbak Fanya berantem sama Mas Abim kan," selaku sebelum Mbak Fanya menyelesaikan ucapannya. Udah hapal banget aku sama tingkah laku mereka. Sebelum di sekolah ini aku udah kenal Mbak Fanya duluan, karna Mas Abim sama Mbak Fanya itu pacaran dari mereka SMP. Mas Abim juga sering bawa Mbak Fanya ke rumah mangkannya bisa dikatakan aku sama Mbak Fanya itu akrab.

"Gitu deh."

Aku meletakkan kuas dan paletku di meja, memutar badan menghadap Mbak Fanya. "Seberapa penting flashdisk itu?"

Mbak Fanya mengerutkan dahinya bingung. "Flashdisk ini isinya tugas dia nanti setelah kelas renang, kemaren ketuker sama punyaku. Tumben sih kamu pake nanya segala apa isinya?"

"Nggak gitu, masalahnya aku males ke gedung sebelah. Mbak Fanya titipin sama sapa gitu kek," kataku sambil mengangkat tanganku ke udara.

Mbak Fanya memutar bola mata malas. "Chika lagi pelajaran, Reffi juga, cuman kelasmu yang jamnya kosong," jelas mbak Fanya, menyebutkan anak-anak sekolah yang biasa nongkrong sama kita.

"Tasya?"

"Pelajaran juga, Jingga." Mbak Fanya menghela napas lelah. "Kalo nggak penting dan mbak nggak lagi berantem sama dia juga nggak minta tolong kamu, jadi plis bantuin mbak, lagian tumben kamu males ke gedung sebelah biasanya juga kamu nyuri-nyuri kesempatan buat ngeliatin anak atlet lagi renang."

Duh, Sialan. Mbak Fanya nggak tahu sikon (baca: kondisi) banget sih.

"Kan sekarang kolam lagi dipake kelasnya Mas Abim, jadi nggak ada anak atlet yang latihan di sana." Aku mencoba mencari alasan agar Mbak Fanya nggak menyuruhku ke sana.

BathophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang