Bathophobia - 3

2.2K 176 6
                                    

Aku langsung berlari ke gedung A tempat kelasku berada sekarang begitu keluar dari gedung B

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku langsung berlari ke gedung A tempat kelasku berada sekarang begitu keluar dari gedung B. Jarak dari gedung A ke gedung B tidak terlalu jauh, hanya dibatasi taman yang nggak begitu luas. Sebelum aku masuk ke gedung A, aku melihat Kelana di jendela koridor gedung B sedang melihat ke arahku. Aku nggak peduli dan aku terus berlari masuk mengabaikan keberadaannya. Aku menaiki tangga menuju lantai tiga, tempat kelas Seni Lukis berada. Berlari di lorong lantai tiga dan langsung memasuki kelas paling pojok. Aku menemukan Kak Gema duduk di bangkuku sambil melakukan sesuatu dengan lukisanku.

"What are you doing?" tanyaku sinis.

Kak Gema melihatku dan terkekeh. "Hanya sedikit menambahkan atribut di lukisanmu."

Aku mengangkat salah satu alisku dan menghampirinya, melihat ke arah kanvas dan menemukan namaku tertulis di pojok bawah sebelah kanan dengan cat putih. Jingga Angkasa Jaya.

"Aku nggak membutuhkannya," ujarku menatap kak Gema.

"But, I need," ungkapnya.

Aku mendengus. "Buat apa lagi kali ini?"

Kak Gema itu salah satu orang yang menyukai hasil lukisanku. Dia seangkatan dengan Mas Abim dan Mbak Fanya, mereka bahkan sekelas di beberapa pelajaran. Meskipun kubilang lukisanku tidak sebanding dengan lukisan-lukisan di Galeri milik orang tua Kak Gema, tapi Kak Gema tetap memaksaku memberikan hasil lukisanku padanya.

"Aku akan membuka pameran sendiri," ungkapnya sambil memamerkan sederet gigi pepsodent-nya.

"Lukisan jelek begitu mau dibawa ke pameran? Nggak bakal laku."

"Nggak mau bertanya kenapa aku bisa mendapatkannya?"

Aku memutar bola mata malas, "Tentu saja dari orang tua Kak Gema, tanpa ditanya pun orang juga bakal tahu, Kak."

"Mm-hm, memang benar, tapi aku  mendapatkannya karna aku menang dalam juara fotografi di Sing* (baca: Singapura) kemarin," jelasnya.

Aku mengerutkan dahi. "Sing? Kapan Kak Gema ke Sing?"

"Minggu lalu," jawabnya

"Mana oleh-olehnya?" todongku sembari menengadahkan kedua tanganku padanya.

Kak Gema tergelak. "Kamu nggak nanya kenapa aku nggak bilang kalo mau ke Sing?"

Aku mengibaskan tanganku. "Nggak penting, Tasya juga nggak ngomong apa-apa, jadi kurasa nggak perlu. Sekarang mana oleh-olehnya."

Kak Gema mengambil paper bag yang ada di sebelahnya dan menyerahkan paper bag padaku. "Nih," katanya.

Aku tersenyum senang menerimanya. Langsung membuka paper bag itu dan menemukan kotak hitam di dalam. Sebelum sempat mengambil kotak hitam untuk dikeluarkan dari paper bag, Kak Gema menahan tanganku. "Selesaikan dulu lukisanmu biar bisa kubawa hari ini sebagai sampel."

BathophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang