Bathophobia - 14

1.8K 147 1
                                    

Paginya, keadaan jadi serba canggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paginya, keadaan jadi serba canggung. Aku dan Kelana sudah kembali ke asrama. Kami bertingkah seperti biasanya, tapi dengan hawa-hawa tidak mengenakan yang kentara.

Kelana memelukku sepanjang sisa malam itu. Kuakui, pelukannya mengusir rasa takutku. Aku benar-benar merasa aman. Tapi, ketika otakku sudah berpikir normal kembali, aku tahu, perasaan itu timbul karena aku membutuhkan sosok yang bisa melindungiku. Dan Kelana ada di sana, walau dia yang menyebabkan ketakutanku hadir.

Aku menutup resleting rok seragamku di bagian pinggang sebelah kiri. Merapikan lipatannya, lalu meraih jas sekolah warna krem yang harus dipakai di hari Jumat. Melihat kerapian penampilanku sekali lagi di cermin dan mengangguk puas.

Kelana duduk di ranjangnya dengan seragam yang sudah terpakai rapi. Dia mengamati sedari tadi aku tahu, tapi aku diam. Memilih terus berjalan ke meja belajar, mengambil ransel merah jambuku.

"Jingga?"

"Hm,"

"Aku minta maaf atas kejadian kemarin." Aku melihatnya heran. "Maaf."

"Nggak apa-apa. Lagian kamu juga bilang kemarin kamu nggak tau aku nggak bisa renang." Aku memakai ranselku sembari berjalan mendekati Kelana. "Its okay."

Kelana diam memandangku. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu, namun mulutnya hanya berakhir menutup kembali.

"Ngomong aja kalau emang pengen ngomong," kataku jengah melihat dia yang seperti ikan koi.

"Kamu kenapa?"

Aku mengernyit tidak mengerti. "Kenapa apanya?" Aku berhenti tepat di depan Kelana, di sebelah ransel biru gelap yang ia taruh bersender di kaki ranjang.

"Kemarin waktu kamu pingsan, kamu tidur sambil nangis. Badanmu juga gemeteran."

Kini giliran aku yang diam. Aku bingung mau menjawab; bingung bagaimana mengatakannya dan bingung harus kasih tahu dia atau enggak. Setelah menimbang-nimbang, aku rasa nggak masalah memberi tahu Kelana soal phobia-ku.

"Aku pengidap Bathophobia." Kelana menaikkan salah satu alisnya, menyorot tanya. "Phobia sama kedalaman."

Sesaat tidak ada yang bersuara. Kelana diam tidak meresponku. Dia menatapku dengan sorot yang agak susah aku artikan. Bukan sorot yang biasa dia berikan padaku. Maklum, seringnya bertemu Kelana dia menatap datar atau sinis.

"Sejak kapan?" Suara tanya Kelana agak melemah dan tidak percaya?

"Dari kecil."

"Bukannya kamu suka banget ngeliatin orang berenang? Aku kira..." Kelana menggantungkan ucapannya. Laki-laki itu menunduk, mengeleng-gelengkan kepalanya. Aku tidak tahu kenapa dia jadi seperti itu.

"Kamu kira apa?" Aku bertanya penasaran.

"Suka air, bisa berenang, ya sejenisnya." Kelana menatapku ragu.

BathophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang