California, Manhattan Beach
Minggu, 21 Maret 08.30 PMAnnabeth memasang bajunya dengan tergesa-gesa. Hatinya merasa ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi. Pikirannya berputar-putar putar. Annabeth sangat mengkhawatirkan keadaan Paige, walaupun sudah ada polisi yang berjaga, tapi ia merasa tidak yakin dengan penjaga-penjaga tersebut. Sekarang, Amerika Serikat sedang melawan psikopat gila yang tidak diketahui jejaknya.
Setelah menyisir rambutnya, Annabeth segera meraih kunci mobil suv-nya yang tergeletak di atas meja rias. Annabeth mengeluarkan mobilnya dengan cepat dari pekarangan rumah dan mengemudikannya melewati jalanan ramai yang di penuhi masyarakat lokal maupun turis manca negara. Beberapa blok sebelum sampai di kediaman Paige, Annabeth melihat sebuah restoran cepat saji yang terletak di pinggir jalan, berada di atas sebuah toko barang-barang antik. Ia memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu karena perutnya yang berdemo meminta untuk diberi makan.
Annabeth mendudukkan dirinya di meja kosong dekat jendela sehingga ia dapat melihat aktivitas masyarakat dari tempatnya duduk. Tidak banyak yang dapat dilihatnya, hanya ratusan pengendara yang aktif di pagi hari. Para pejalan kaki dan toko-toko serta distrik-distrik di pinggir jalan.
Seorang pelayan pria menghampirinya dengan senyum ramah. "Anda ingin memesan apa, nona?"
"Sandwich kalkun dan segelas kopi hitam."
"Tanpa gula," sambung Annabeth.
Pelayan tersebut menyebutkan kembali pesannya lalu mengangguk dan pergi dengan sopan dari hadapan Annabeth.
Annabeth meraih ponselnya yang berada di dalam saku celana jins hitam yang dikenakannya. Ia memutuskan untuk membuka artikel lama mengenai pembunuh Skin Face. Pembunuhan terjadi sejak awal tahun 2015 setelah Madison Deutsche menjadi korban pertama di New Jersey.
Tak lama, ponsel Annabeth berbunyi, menampilkan nama Max di layar pipih miliknya. Awalnya Annabeth ragu untuk mengangkatnya. Namun sebelum dering terakhir berbunyi, Annabeth memutuskan untuk mengangkatnya.
"Annabeth Sutherland." ucapnya saat ponselnya berada di samping telinganya.
"Annabeth, dimana kau?!" nafas Max terasa memburu seakan pria itu berada dekat degannya.
"Di restoran cepat saji yang terletak dua blok dari rumah Paige. Memangnya ada apa?"
"Kau harus kesini secepatnya! Ke rumah Paige, cepat!"ucap Max dengan cepat.
"Bicaralah pelan-pelan. Memangnya ada apa?"
"Paige dan para penjaga terbunuh."
Bagaikan tersambar petir di siang hari, tubuh Annabeth membeku seketika. Pandangan wanita itu menjadi kosong. Beberapa jam yang lalu, Paige baru saja mengiriminya e-mail. Rasanya tidak percaya bahwa wanita itu terbunuh secepat ini. Bagaimana hal ini terjadi dalam waktu yang singkat. Baru saja kemarin Kenya Holloway mati terbunuh dan dalam waktu dua puluh empat jam lebih, pembunuhan kembali terjadi.
Saat kesadarannya kembali, Annabeth dapat melihat seorang pelayan wanita berada di depannya sambil menyajikan makanan. Annabeth meraih dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar dolar, memberikannya kepada pelayan tersebut tanpa menyentuh makanan yang dipesannya. Ia berlari cepat keluar dari restoran, mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bahkan Annabeth tidak sadar ponselnya masih tersambung dengan Max.
"Annabeth, kau masih disana?"
"Annabeth, kau mendengarku?!"
"Aku tahu kau saat ini sedang panik. Berhati-hatilah berkendara!"
Annabeth masih diam. Wanita itu tak mendengar sepatah kata pun yang diucapkan Max. Ia tetap fokus pada jalanan di depannya. Sampai suatu teriakan nyaring memekakkan telinganya membuatnya menginjak tuas rem secara mendadak.
"ANNABETH!" teriak Max dari ponsel yang diletakkannya di dashboard.
Untung saja jalanan di depannya sedang sepi. Jika tidak, mungkin ia sudah menabrak pejalan kaki ataupun pengendara lainnya.
"Ya tuhan, kau mengagetkanku, Max!" jeritnya sambil meraih ponsel.
"Maaf. Aku tahu kau pasti sedang panik dan mengemudi tanpa memperdulikan apapun. Kau harus hati-hati An. Apa kau ingin mati?!"
Annabeth menghela nafas kasar, "Baiklah, aku akan mengemudi sesuai kemauanmu." lalu wanita itu mematikan telepon secara sepihak.
Annabeth kembali menarik nafas, lalu membuangnya melalui mulut. Wanita itu menghidupkan kembali mesin mobilnya dan menjalankan dengan pelan serta penuh kehati-hatian. Max benar, bisa-bisa ia mati tertabrak jika mengemudi tanpa aturan. Satu blok sebelum kediaman Paige, Annabeth menguatkan diri untuk sesuatu yang akan dilihatnya nanti. Yang lebih dikhawatirkannya adalah, mata coklat Max yang menusuknya, menatapnya dengan pandangan penuh tanda tanya.
Berapa lama hal ini akan berlangsung? tanya Annabeth dalam hati.
Annabeth memberhentikan mobilnya tepat di belakang mobil van hitam milik Max. Di rumah Paige sudah terdapat beberapa tetangga yang menggunakan pakaian olahraga maupun sepeda serta Max yang berada diantara tubuh anggota kepolisian yang tak bernyawa.
Annabeth berlari kearah Max dengan pandangan bertanya. "Mengapa ini bisa terjadi?"
"Aku tidak tahu. Beberapa tetangga sudah berkumpul disini saat aku datang setengah jam yang lalu."
Annabeth menggeram frustasi. Matanya menangkap kamar Paige yang terbakar walaupun tidak menyebabkan kebakaran besar. Tiga anggota kepolisian tergeletak tak bernyawa diantara rerumputan dengan darah yang membanjiri tubuh masing-masing pandangan Annabeth kembali mengarah kepada Max yang membungkuk menatap salah satu polisi tambun yang tergeletak di depan pintu rumah Paige.
Apa kau sudah melihat mayat Paige?"
"Belum, aku menunggumu."
Annabeth hanya mengangguk. "Kau sudah menelepon CSU dan para anggota polisi lainnya?"
Mereka akan kesini dalam waktu singkat."
Tak lama, para anggota kepolisian setempat datang menggunakan mobil besar. Mereka membatasi rumah Paige menggunakan pita kuning, memerintahkan agar para masyarakat menjauh dari tempat kejadian perkara. Salah satu Sherif wanita menghampiri mereka dengan buku catatan kecil di tangannya.
"Detektif Hunter," katanya terkejut.
"Sì, ini aku."
"Kau yang menemukannya?"
"Tidak. Ketika aku tiba untuk mengunjungi Mrs. Richardson sesuai perjanjian kami, aku sudah menemukan beberapa tetangga berkumpul disini. Kebanyakan dari mereka sedang berolahraga."
"Kau sudah memeriksa korban?"
"Tidak secara spesifik." jawab Max.
"Sambil menunggu CSU aku memberimu wewenang untuk memeriksa korban. Kudengar Paige melihat pembunuh itu saat Kenya Holloway dibunuh di tempat kerjanya."
"Ya, dia saksi kami untuk sementara waktu."
"Jangan sentuh para polisi sebelum ME tiba. Aku akan melihat keadaan Mrs. Richardson bersama detektif Sutherland." ucap Max sambil melirik Annabeth.
Sherif wanita itu terlihat bingung. Wajar saja, mungkin dia tidak mengenal Annabeth.
Seakan tahu dengan keadaan, Max tersenyum dan mulai memperkenalkan Annabeth. "Dia rekan baruku, detektif Annabeth Sutherland. Apa kau belum mendengar bahwa Revan dipindahkan ke divisi obat-obatan terlarang dan narkotika?"
"Benarkah? Aku tidak mendengar sedikit pun kabar tentangnya."
"Aku pun baru mengetahuinya sabtu pagi."
"Aku akan merindukan pria itu." canda si Sherif wanita sambil tertawa. Membuat keadaan yang tegang sedikit mencair.
.
.
.
.
To Be ContinuedSì^ Ya (Italia)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lady of Killer (TELAH TERBIT)
Gizem / Gerilim#32 in Mystery Thriller (12/11/2017) SEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS. KARENA KEBIJAKAN PENERBITAN!!! Konten dewasa! Banyak memuat adegan berdarah, pembunuhan dan hal mengenai psikopat lainnya! Dua tahun sudah Amerika digemparkan, oleh seo...