Aku percaya, mimpi dan harapan adalah salah satu dari sekian banyak hal yang membuat seseorang bertahan hidup dan terus berjalan maju.
Harapan untuk hari esok.
Mimpi untuk masa depan.
Namaku Kayana, 19 tahun.
Aku punya mimpi.
Sejak aku masuk SD, cita-citaku menjadi penulis.
Teman-temanku juga memiliki cita-cita masing-masing. Ada yang bercita-cita sebagai pramugari (meski pun cita-cita itu pupus karena temanku takut akan kecelakaan pesawat), pengusaha, dokter...
Aku dan teman-temanku memiliki mimpi masing-masing. Tidak semua fokus mengejar mimpi sejak dini, tapi mereka semua punya impian.
Kami bisa menjadi apa pun yang kami mau asalkan kami berusaha.
Tapi aku pernah punya seorang teman, yang meski pun dia sudah berusaha keras, dia tidak akan bisa menggapai mimpinya.
Pernah, adalah kata kuncinya.
Bukan berarti aku tidak lagi berteman dengannya, tapi kondisinya memang tidak memungkinkan untuk kami berteman.
Mungkin aku yang terlalu pengecut?
Atau dia yang tidak pernah berani menyapaku dan teman-temanku lagi?
Dia seseorang yang berasal dari masa lalu.
Sekeping masa lalu yang sulit kulupakan.
Karena dia adalah satu-satunya temanku yang tidak bisa menjadi apa pun yang dia inginkan.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Gapai
Short StorySuatu ketika, aku bertemu anak lelaki yang senyumnya sehangat sinar matahari. Matanya berbinar penuh harapan. Lalu, di suatu waktu yang lain, cahaya harapan itu memudar dari matanya. Begitu juga senyumnya. Mereka bilang, matanya hampir buta sekaran...