Alisha adalah salah satu sahabat terdekatku.
Alisha punya kulit yang berwarna kuning langsat, bersih. Tubuhnya cukup tinggi, lebih pendek sedikit dari aku. Kata ibuku, Alisha cantik apabila dia tidak terlalu kurus. Aku mengenal Alisha sejak TK, dan dia adalah anak perempuan yang sering tertawa dan tersenyum.
Dia--anak laki-laki itu--pernah berkata bahwa Alisha tidak pernah bisa marah.
Aku dan dia duduk berhadapan. Di sampingku ada Awan--anak laki-laki yang jangkung seperti tiang listrik--dan di depan Awan ada Alisha. Kami selalu menemukan topik obrolan yang menarik, entah saat makan siang, atau saat pelajaran. Harus kuakui, obrolan itu membuat nilai-nilaiku sedikit turun.
Alisha selalu menjadi objek kejahilan kami. Awan jarang ikut menjahili Alisha, tapi ketika Awan menjahili sahabatku itu, Alisha bisa menjerit-jerit ke guru kami.
Bayangkan, Awan pernah meletakkan tusuk gigi yang sudah dipakainya di atas meja Alisha.
Jelas saja Alisha menjerit histeris dan mengadu padaku.
Aku dan dia sering menjahili Alisha. Alisha takut pada malam Jumat Kliwon dan aku pernah menceritakan cerita konyol saat kami kelas tiga SD soal Alisha yang ketakutan saat malam Jumat Kliwon.
Dia tertawa nyaring. Alisha cemberut, memukul bahunya.
Hubungan mereka berdua seperti Tom dan Jerry, sering bertengkar, tapi saling perhatian.
Atau setidaknya; Alishalah yang punya sedikit perhatian padanya.
Aku tidak tahu apa isi hatinya.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Gapai
Short StorySuatu ketika, aku bertemu anak lelaki yang senyumnya sehangat sinar matahari. Matanya berbinar penuh harapan. Lalu, di suatu waktu yang lain, cahaya harapan itu memudar dari matanya. Begitu juga senyumnya. Mereka bilang, matanya hampir buta sekaran...