THIRTEEN

3K 175 1
                                    

Brianna kesal, ia melanjutkan larinya di koridor kelas XII. Ia tidak menemukan orang yang dicarinya. Seluruh penjuru sekolah sudah ia telusuri. Seisi kelas XII. IPA 2 sudah ia interogasi. Namun tak satupun dari mereka tahu dimana keberadaan Cakra.

Hanya satu tempat yang belum ia telusuri. Rooftop. Kemungkinan besar Cakra akan berada disana bersama sahabat-sahabatnya.

Cakra berjalan menaiki tangga yang menghubungkan gedung sekolah dengan rooftop. Tercium aroma tidak sedap yang membuat Brianna sesak napas. Namun ia tetap melanjutkan jalannya.

Krek

Brianna membuka pintu rooftop dan semakin terbatuk-batuk. Dada nya semakin sakit. Hingga ia tak bisa menopang badannya sendiri. Brianna terjatuh sambil memegang dadanya erat-erat. Ia punya penyakit jantung sejak lahir.

"Brianna!" seru Cakra dari belakang yang melihatnya akan kehilangan kesadaran.

Cakra memegang kepala Brianna agar tidak terbentur ke lantai. Ia cepat mematikan api rokoknya.
"Ver, tolongin gue bawa Brianna."

"Brianna? Kok bi-

"Gak usah banyak tanya, cepet bantuin gue."

Karena panik Cakra langsung membawa Brianna kerumah sakit. Ia tidak peduli akan dimarahi oleh guru karena yang terpenting adalah keselamatan gadis itu.

***

Sampai dirumah sakit, Brianna dengan segera dibawa masuk ke dalam ruang IGD. Perawat mengkhawatirkan Brianna akan mengalami henti napas. Sedangkan Cakra, ia diliputi rasa bersalah. Ketika Vero, menelpon orangtua Brianna. Mereka mengatakan bahwa Brianna mengidap penyakit jantung sejak lahir.

"Om, maafkan saya. Saya gak tahu kalau ada Briann dan dia mengidap penyakit jantung." sesal Cakra.

Fathur hanya mengulas senyum tipis, "Saya maafkan. Saya hanya mengingatkan, kalau rokok benar-benar bisa merusak. Baik diri kamu ataupun orang lain yang menghirup asapnya."

"Baik, om. Saya akan berhenti merokok."

"Bagus."

Liana hanya menangis. Takut terjadi apa apa kepada putri bungsunya. Ia tidak memberitahu Bian, karena sudah pasti putra sulungnya itu akan memukuli Cakra habis-habisan.

"Sudah, Li. Doakan saja semoga tidak terjadi apa-apa dengan anak kita."

Liana hanya mengangguk.

Dokter pun keluar. Ia tersenyum kecil. Berkata bahwa tidak terjadi apa-apa kepada Brianna dan membuat semua orang lega.

"Alhamdulillah. Syukurlah, dok." ucap Fathur.

"Maaf, apa boleh saya menanyakan sesuatu?"

"Ya, silahkan."

"Apa nona Brianna punya penyakit jantung bawaan sejak lahir?"

"Iya, dok. Sejak lahir ia mengidap kelainan jantung. Bahkan dulu dokter memprediksikan dia tidak akan bertahan lama. Tapi atas izin Allah, Brianna masih diberi kesehatan sampai sekarang."

"Baiklah pak. Saran saya, tolong dijaga kesehatan jantung anak bapak. Karena ini dia sangat rentan."

"Iya, dok. Saya mengerti."

"Baiklah saya permisi dulu."

Cakra mendengarkan percakapan itu dengan rasa bersalah. Ia ingin minta maaf kepada Brianna. Walau sebetulnya gadis itulah yang aneh.

"Tante, Om. Boleh saya masuk kedalam?"

"Ya, Cakra. Silahkan."

Cakra memasuki ruang IGD tersebut. Ia melihat Brianna tengah berbaring diatas ranjang yang ditutupi tirai berwarna biru. Oksigen terpasang, untuk membantu Brianna bernapas.

BBS (1) : CAKRA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang