TWENTY TWO

2.1K 132 13
                                    

"Lo mau ngapain sama balon polkadot ini?"

"Ada lah, lo nanti aja tau nya. Ikut gue dulu, yuk."

Sedari tadi, dua gadis berambut coklat juga hitam itu berkeliling sekolah, entah untuk mencari apa. Beberapa balon yang diikat menjadi satu tersapu angin hingga tangan yang sedari tadi menggenggam itu terlepas.

"Yaaah, balon nya terbang. Gimana nih? Mahal lagi gue belinya."

"Teledor banget sih, lo. Udah gak bisa diambil itu mah."

"Ish, gara gara lo sih."

"Kok gue?"

"Lo daritadi kebanyakan bacot nanyain gue mulu, jadinya gue gak fokus."

"Tangan lo aja yang lemah."

"Kok nyolot?"

Gadis berambut hitam itu menghela nafas. Jika sudah seperti ini, sahabatnya itu bisa saja ngambek atau parahnya menangis.

"Iya, gue salah."

"Cariin cepet."

"Gila kali lo, gak bisa Na. Balonnya udah kebawa angin."

"Terus gimana dong Cakra nya?"

"Hah? Cakra?"

"Iya, balon itu sebenarnya buat Cakra, gue mau buat kejutan gitu."

"Yaelah, kak Cakra mana suka yang begituan."

"Kok lo ambigu?"

"Idih, ambigu apaan. Dasar omes!"

"Vera ngeselin, ya!"

Mereka sedang asik berdebat tanpa memedulikan seseorang yang berdiri sambil menahan senyum. Terlihat manis jika senyumnya lebih lebar.

Tiba tiba ...

"Cari ini?"

Sontak kedua gadis itu berbalik. Dihadapan mereka seorang cowok berseragam sama seperti mereka memegang balon yang sedari tadi diperdebatkan.

Gadis berambut coklat itu menatapnya dari atas hingga kebawah. Iris hijau nya membulat, sebab didada sebelah kiri cowok itu tertera nama 'Cakra Dervano Wirata'

"Eh, kak Cakra. Na, gue tinggal ya."

"Eh, Vera, kok?"

Wajah gadis itu merona ketika Cakra hendak mendekatinya, "Jadi ini yang kamu rencanain?"

"Ah, gak. Eh apaan sih?"

"Salting." gumam Cakra.

"Aduh, kok lo yang pegang sih balonnya? Sini gue aja."

Brianna mencoba menggapai tangan Cakra yang menjulang tinggi seraya memegang balon miliknya. Brianna memang tinggi, tetapi tetap saja Cakra lebih tinggi.

"Ih, balikin gak?"

"Gak mau, ambil aja kalau bisa."

"Ih, Cakra, balikin dong."

"Makanya jangan pendek."

"Idih apaan pendek, gue 170 cm."

"Aku kan 186."

"Iya tau kok yang tinggi."

Cakra terkekeh pelan. Ia beringsut dari bawah terik matahari menuju ke tempat sejuk seraya menggenggam tangan kekasihnya. Sayang juga pada balon nya yang mungkin akan pecah karena cahaya panas dari matahari.

Mereka duduk di kursi taman, sambil berbincang bincang atau lebih tepatnya berdebat masalah tinggi.

"Hahaha, kamu lucu kalau marah. Aku minta maaf ya."

"Iya, tapi jangan diulangin lagi."

"Sip. Oh iya, balon ini gimana?"

"Terserah lo aja deh."

"Kok panggilnya lo?"

Helaan napas terdengar, "Iya Cakra, terserah kamu aja buat apa balonnya, toh itu juga buat kamu."

"Kamu mau buat kejutan apa sih?"

"Gak ada, cuma mau ngasih balon aja. Ngerayaain 2 minggu kita jadian."

"Makasih ya, Na. Aku kira kamu bakalan benci sama aku, tapi ternyata kamu itu bentuk terindah dari baiknya tuhan sama aku."

"Idih, gombalnya ngikutin lagu ya."

"Mau aku nyanyiin gak?"

"Seikhlasnya aja."

"Apa sih yang gak buat Brianna."

Cakra berdeham sebentar untuk menetralkan suara yang akan keluar dari pita suara nya agar tidak terganggu ataupun terdengar false.

Memenangkan hatiku bukanlah
Satu hal yang mudah
Kau berhasil membuat
Ku tak bisa hidup tanpamu

Menjaga cinta itu bukanlah
Satu hal yang mudah
Namun sedetik pun tak pernah
Kau berpaling dariku

Beruntungnya aku
Dimiliki kamu

Kamu adalah bukti
Dari cantikya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat ku bernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini

Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu

"Kok suara kamu bisa bagus banget sih?" tanya Brianna.

"Kok paras kamu bisa cantik banget sih?" Cakra mengulang kata kata Brianna dengan nada yang sama.

"Orang nanya itu dijawab, bukan malah nanya balik."

"Kamu juga kalau orang nanya itu dijawab, Na."

"Ih Cakra nyebelin!"

***

"Sa, 2 hari lagi gue udah ada di Indonesia."

"Maksud lo?"

"Gue akan ngejar dia, gue gak mau dia sama orang lain."

"Jangan egois, Ath. Lo bukan siapa siapa nya dia."

"gue gak peduli! Tunggu aja kedatangan gue kesitu."

"Terserah lo, gue gak akan nyampurin urusan lo!"

"Jangan lupa, lo udah janji buat dukung gue ngejar dia lagi!"

"Terserah!"

***

Yeay gak jadi HIATUS!!!😄

Cerita tentang penyuka hujan, ada yang suka hujan gak? Ada yang keinget kenangan sama mantan kalau hujan? Baca aja cerita, makin baper dah

Cerita tentang penyuka hujan, ada yang suka hujan gak? Ada yang keinget kenangan sama mantan kalau hujan? Baca aja cerita, makin baper dah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BBS (1) : CAKRA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang