TWENTY EIGHT

1.6K 128 11
                                    

"Terus lo apa kabar, yang nggak ada masalah serius malah meluk Athena?"

"Itu karena gue mau nyelesain masalah yang belum tuntas!"

"Dengan status masih pacarnya Brianna?"

Cakra mendengus kasar. Sudah habis kesabarannya karena selalu di pojokkan.
"Kenapa sih lo semua malah mojokin gue? Salah gue apa?"

"Karena lo pantes di pojokkin! Lo nggak pantas nampar dia, bangsat. Buat malu kaum adam aja."

"Gue nampar dia karena dia udah keterlaluan, gue nggak suka dia ngatain Athena yang nggak nggak."

"Lo masih punya rasa sama itu cewek? Lo pikir deh sekarang, pantas apa nggak lo ngebela Athena, cewek yang udah ninggalin lo tanpa kejelasan? Lo itu bego atau apa sih?"

"Gue kalut, Bim. Gue ngerasa kalau gue kangen sama dia."

"Lo bukan kangen sama Athena, tapi lo kangen sama kenangan yang lo buat sama dia."

"Mungkin."

"Lo bisa ngebuat kenangan itu jadi lebih indah sama orang yang lo sayang saat ini. Entah itu Brianna atau siapapun."

"Gue sayang sama Brianna."

"Kalau lo sayang, perjuangin. Bukan malah diam dan lari dari masalah, masalah nggak bakalan selesai kalau kita menghindar. Besok, gue saranin, lo temuin dia dan minta maaf sama dia. Buang rasa gengsi lo. Kalau perlu minta maaf juga sama Vero."

"Gue bakalan coba."

"Disini, gue nggak ngebela lo ataupun Brianna karena lo berdua memang sama sama salah. Gue semangatin lo karena gue tahu kalau Brianna itu cewek yang sangat pantas diperjuangin."

"Gue pulang dulu."

"Hm. Hati hati."

Cakra kembali membaringkan badannya ke kasur. Ia akan memikirkan usulan Bimo yang patut dilaksanakan. Benar, masalah tidak akan pernah selesai jika kita terus menghindar.

***

Tekad Cakra kini sudah bulat untuk memperbaiki hubungan nya dengan Brianna yang retak. Laki laki itu kini berjalan kearah kelas XI. Bimo yang ada dibelakangnya mengekor untuk memastikan apa tindakan yang akan dilakukan oleh sahabatnya. Namun tiba tiba Cakra berhenti sebelum sampai di depan pintu kelas gadis itu. Tangannya yang terkepal hingga memutih semakin membuat Bimo penasaran.

"Kenapa, Kra?"

"Brianna udah nggak butuh gue, dia udah sama Vero."

"Lo bahkan nyerah sebelum berjuang, mau lo apa sih sebenarnya, kalau lo kayak gini kemungkinan Vero bakalan nyolong start duluan."

"Diem lo!"

Tungkai kaki itu semakin melangkah mendekati sang gadis. Cakra menguatkan dirinya bahwa inilah saatnya ia memperjuangkan apa yang pantas ia perjuangkan.

"Na."

Gadis itu terkejut melihat Cakra yang berdiri dihadapannya dengan wajah sendu. Brianna sudah akan berlari namun cekalan di pergelangan tangan nya menghentikan nya.

"Gue mau ngomong sama lo, tapi nggak disini. Please."

Hening. Sama sekali tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Brianna. Mungkin gadis itu masih dalam efek terkejut.

"Na. Kok malah nge-

"Mau ngomong apa?"

Ketus, dingin dan cuek. Tidak ada lagi Brianna yang ceria, ramah dan perhatian sekarang.

"Nggak disini. Ikut gue."

Vero menatap sendu kepada dua insan yang berjalan melalui nya. Rasanya, sudah tidak ada lagi harapan baginya untuk menggantikan posisi Cakra di hati Brianna.

"Pikirin matang-matang Ro, jangan sampai persahabatan kita hancur gara gara masalah cewe."

"Tapi, Bim, apa harus gue yang selalu ngalah? Gue capek, Bim."

"Mungkin Tuhan masih nguji lo. Gue yakin lo bakalan dapatin cewe yang tepat, nanti."

Dari apa yang diucapkan Bimo, laki laki itu yakin, bahkan sangat yakin kalau ia sudah tidak ada peluang baginya dihati Brianna.

***

"Mau ngomong apa?"

"Gue mau minta maaf. Gue sadar selama ini gue salah dan terlalu egois. Gue nggak pernah mikirin perasaan lo waktu ngeliat gue meluk Athena. Please, maafin gue."

Hening.

"Na, lo mau kan maafin gue dan kembali kayak dulu lagi?"

"Aku nggak perlu maafin kamu karena aku nggak pernah benci sama kamu. Dan untuk kejadian waktu itu, bukannya nggak perlu diingat lagi?"

"Gue tahu lo kecewa. Lo boleh pukulin atau maki gue, terserah lo. Yang penting lo nggak dendam sama gue."

Brianna menghela napas, "Jujur, hati aku sakit banget karena kelakuan kamu. Tapi aku nggak pernah bisa benci sama kamu. Aneh, bukan?"

Air mata Brianna mulai deras, Cakra yang menyadari itu segera menghapus dan menenangkan gadis itu.

"Aku juga masih sayang sama kamu. Bahkan rasa itu nggak pernah pudar walaupun kamu nyakitin aku. Tapi anehnya, setiap kamu datang, rasa sakit di hati aku bertambah."

"Maksud lo apa, Na?"

"Kayaknya kita nggak bisa lagi sama sama, karena pada setiap hati yang terluka, hati itu nggak akan bisa disembuhkan oleh orang yang menjadi penyebab hati itu terluka."

"Aku pernah lihat quotes yang kayak gitu. Ternyata bener kejadian sama aku."

"Tapi lo masih cinta sama gue kan, Na?"

"Iya. Aku masih cinta sama kamu."

"Dengerin gue, apa gunanya sikap kita yang saling berjauhan namun mencinta? Mau nggak mau, suka nggak suka, kita pasti bakalan tenggelam dalam kecanggungan. Dan apa semua nya bakalan indah untuk dikenang disaat kita udah benar-benar saling berjauhan?"

"Gue nanya sama lo, Na. Jawab."

"Aku nggak tahu, Cakra. Tapi semuanya udah nggak pantes lagi di perjuangin, nantinya juga kita yang bakal dapat sakit hati nya."

"Gue nggak suka Brianna yang pesimis. Pikirin sekali lagi, seenggaknya pastiin ada kenangan indah yang bakalan dikenang kalau kita nggak ditakdirin bersatu."

"Dengerin aku! Kalaupun kita saling mencintai tapi kalau keadaan nggak memungkinkan, gimana caranya?"

"Gue nggak peduli sama keadaan, yang penting gue bisa sama lo, Na. Gue sayang sama lo."

"Maaf, Cakra. Aku memang cinta sama kamu, tapi kamu nggak bisa maksa aku buat kembali sama kamu."

"Apa udah ada pengganti posisi gue dihati lo?"

"Nggak akan pernah ada. Kamu itu cowo terhebat yang pernah aku temui. Aku harap kamu nggak akan ngecewain orang lain lagi seperti kamu ngecewain aku."

"Aku balik ke kelas dulu."

***

Tempat pesen cover yang bagus di mana sih?
Saranin dong, supaya tampilannya bisa lebih menarik.

BBS (1) : CAKRA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang