'Suddenly the sun goes up
And I feel my love floodin' back again'Sun Comes Up (feat. James Arthur)
***
Setelah dirawat beberapa hari dirumah sakit, kini Brianna sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena ia merengek terus-terusan pada dokter tersebut. Brianna sudah bosan berada dirumah sakit selama berminggu-minggu jika penyakitnya datang.
Beberapa temannya juga datang karena hari ini adalah Minggu. Jadi mereka tak ada halangan untuk menjenguk Brianna dan juga mengantarkan nya selamat sampai kerumah. Di sana termasuk juga Cakra dan adiknya Acha.
Setelah hari itu, dokter Fandi menyarankan Acha agar dibawa ke psikolog, Cakra langsung membawa Acha keesokan harinya. Dan sekarang kondisi mental Acha mulai membaik.
Brianna keluar dari ruang rawat inap dengan kursi roda yang didorong oleh Bian. Wajahnya cemberut namun setelah melihat teman-temannya datang, terbentuk senyum tipis di bibir Brianna.
Satu persatu dari mereka menanyakan bagaimana kondisi Brianna sekarang. Brianna hanya mengangguk untuk mengiyakan. Yang dicarinya sekarang adalah Cakra. Kemana dia setelah hari itu pulang dengan wajah kacau?
"Cakra?"
Cakra berbalik dan memutuskan percakapannya dengan Vera.
"Iya?"
"Lo darimana aja?"
"Dari rumah lah."
Seketika Acha langsung memukul lengan kakaknya itu, ia kesal dengan jawaban Cakra yang selalu dingin kepada para gadis.
"Bang, ditanyain baik baik itu sama kak Nana."
"Ya, memang gue dari rumah."
Brianna cemberut, "Maksud gue lo kemana beberapa hari ini, kok gak datang jengukin gue?"
"Memang harus?"
"Harus lah, 'kan lo yang buat gue masuk rumah sakit gara-gara asap rokok lo."
Acha seketika menoleh, dengan kejam menatap garang kearah Cakra.
"Abang ngerokok?!"Cakra meringis lalu mengusap wajahnya. Sementara Brianna sudah terkekeh dihadapannya, sambil mengejek Cakra.
"Ih, dasar gak tau malu! Udah bikin kak Nana masuk rumah sakit, eh malah gak datang jenguk."
"Kan lo sakit, Cha. Mending gue jagain lo daripada bayi ini."
"Hah, lo ngatain gue bayi? Jadi muka gue masih imut-imut dong. Aduh makasih, Cakra."
Niatnya ingin mengejek Brianna, gadis itu malah kepedean.
"Bodoamat lah ya." ucap Cakra yang sukses membuat semua orang terkekeh.
"Ayo pulang, Na. Kamu harus istirahat, besok kan Mid-Test." ucap Bian.
"Ah iya, aku lupa. Cakra, lo juga pulang. Besok Mid-Test."
"Hm."
"Asik yah, kalau diingetin sama gebetan, lha gue yang jomblo bisa apa?" canda Vero yang membuat pipi Brianna dan Cakra memerah.
Blushing. Namun Cakra cepat cepat menormalkan ekspresi dan juga detak jantung nya. Cakra mencoba menegaskan bahwa ini bukan cinta.
"Gue aja yang anter Brianna. Cha, lo sama Vera aja ya."
Lagi dan lagi karena ucapannya, Cakra dan Brianna kembali tersipu. Cakra cepat cepat mengambil alih pegangan pada kursi roda Brianna dari Bian dan melenggang keluar dari rumah sakit. Biarlah orangtua Brianna yang mengurus administrasi nya.
Didalam perjalanan, Cakra dan Brianna saling diam. Brianna sempat mengode Cakra dengan cara berdehem berulang kali. Namun nyatanya Cakra tak peka terhadap kode yang diberikan olehnya. Akhirnya gadis itu pun memberanikan dirinya untuk memulai percakapan.
"Ngapain lo ngajakin gue pulang kalau gak diajak ngomong mending gue sama Vera aja tadi bisa becanda."
"Memang lo mau jadi nyamuk?"
"Ha? Gak sih."
"Yaudah."
"Yaudah apa?"
"Pulangnya sama gue, lha."
Setelah percakapan singkat itu, hening kembali melanda dua insan tersebut. Hingga Cakra memberhentikan mobilnya di sebuah taman pun, hanya hening. Terdengar dengkuran halus dari sampingnya, ternyata Brianna sedang tertidur.
Gila, kebo banget. Masih pagi juga.
Cakra menggoyangkan tangan Brianna sebentar dan mampu membuat gadis itu terbangun dari tidur singkat nya itu.
"Ih, Cakra, gue masih ngantuk."
"Gila, kebo banget. Heh, bangun. Masih pagi juga. Lihat nih gue bawa lo kemana."
Dengan terpaksa Brianna mencoba membuka matanya yang terasa berat itu. Mencoba melihat pemandangan yang ada didepan matanya. Indah. Brianna tahu bahwa ia sedang berada disebuah taman. Namun kantuknya sangat tidak tertahankan dan membuat Cakra pasrah. Ia tak bisa lagi memaksa gadis itu untuk bangun.
Dengan lambat, Brianna meletakkan kepala dibahu Cakra. Mereka tidak jauh berbeda tingginya karena Brianna mempunyai tubuh seperti artis-artis korea. Cakra terkesima melihat pemandangan indah dihadapannya, bukan taman. Melainkan seorang gadis yang sekarang tengah bersandar di pundaknya.
Lagi lagi getaran itu ada, Cakra sadar, namun belum terlalu berani untuk menyimpulkan bahwa itu cinta.
***
Brianna terbangun karena tepukan pelan di pipinya, padahal ia masih sangat mengantuk. Entah kenapa, mungkin karena ia tidak tidur semalaman dan juga meminum obat yang diberikan oleh tidur. Ia mencoba membuka matanya, dan terkejut melihat wajah Cakra didepannya, hingga hidung mancung mereka bersentuhan
Bukannya berteriak, justru Brianna menikmati pemandangan itu. Wajah Cakra sangat tampan dan akan selalu tampan, apalagi dari dekat seperti ini. Hingga ia kembali sadar ketika Cakra berdeham dan menarik kembali wajahnya. Bersamaan dengan Bian yang membuka pintu mobilnya tempat Brianna duduk.
"Ayo, Na. Kamu harus istirahat."
"E-eh iya kak. Cakra, lo gak masuk dulu?"
"Gak, lain kali aja."
"Yakin lo gak mau masuk? Itu adik lo ada di dalam." ceteluk Bian.
"Hah, ngapain dia?"
"Mau ketemu sama adik gue sekalian ketemu sama gue."
Cakra berdecih kemudian turun dari mobilnya untuk menjemput Acha yang berada didalam. Ia juga membantu Brianna untuk berjalan seraya memegangi tangan gadis itu. Jantungnya berdetak kencang. Kembali ia merasakan rasa asing yang sudah bertahun tahun beku. Sepertinya Cakra sudah mulai nyaman bersama Brianna
KAMU SEDANG MEMBACA
BBS (1) : CAKRA [On Going]
Teen Fiction{ #210 dalam TEENFICTION } Ini tentang Cakra Dervano Wirata, si Cassanova SMA Gemilang. Ketampanannya yang tidak ada dua, membuat para siswi rela melakukan apapun untuknya. Namun, tak sedikit juga yang segan mendekati nya secara terang-terangan. Cak...