1

17.1K 497 10
                                    

Melayang ke udara,secupit rindu menderaku. Aku,mempunyai banyak mimpi tentang masa depan. terkadang hanya sesuatu yang sederhana yang membuat ku bahagia.

tepat pukul empat, aku pulang dari perantauan ku yang lama. mungkin cukup lama, Lima tahun sudah aku pergi jauh dari sanak saudara.

aku menimba ilmu,agar kelak aku dapat mengajarkan kepada anak anakku,tentang agama. agar kelak anak anakku dapat menjadi anak anak yang sholeh dan sholeha.

"bang" sapaku kepada syakir, kakakku dia adalah lelaki kedua yang kukenal setelah ayah.

karena sejujurnya,setelah ayah dan umi memasukkan aku ke pesantren aku tidak terlalu ikut dalam hiruk pikuk dunia yang hanya menjadi penghias.

"bang,katanya abang udah ada calon ya?" godaku terhadap kakakku yang satu itu.

"Sudahlah,jangan kau ganggu abng mu itu lagi qil"ucap umi terhadapku.

aku tahu bahwa diam diam abangku itu menyukai adik kelasnya . namanya Aisyah hawa izhar . Dia memang wanita yang baik,sholehah dan juga pintar.

aku cukup baik mengenalnya. karena dia juga adalah teman kelas ku sewaktu dulu di pondok.

karena,aku dan abangku hanya beda 1 tahun.

aku menempuh bangku kuliah di kairo. aku mengambil jurusan bahasa arab & sastra. aku cukup menggemari bidang tersebut. karena menurutku itu sangat menarik.

dengan kita bisa berbahasa arab
kita dengan mudah mempelajari alqur'an dengan baik. itu mengapa aku sangat tertarik dengan ilmu bahasa arab.

deburan angin menghembus di area wajahku. mengalun lembut ke pelipis mataku,aku sangat menikmati waktu tersebut saat di balkon,bersama kakak dan umi.

sambil menyeruput teh dan kue kue ringan.Kejenuhan ku datang pada saat umi ku berkata bahwa aku telah dijodohkan dengan fahriz.

dia adalah anak dari teman umi ku. bagaimana bisa aku menerima seseorang yang belum pernah ku kenal sebelumnya?

" kan nanti kamu taaruf dulu sama dia nak,dia orang baik. umi udah kenal sama dia"ujar umiku. tanpa mengerti perasaan ku yang sebenarnya ini.

"tapi mi,aku belum siap" ujarku pada umi yang di patahkan mentah mentah.

"bagaimana belum siap?umurmu memang sudah berapa qil?seusiamu itu sudah cukup untuk memiliki pendamping hidup.Yang bisa menuntunmu ke jannahNya." balas umi kepadaku dengan arah menatap manik mataku,dan menggenggam tanganku.

"umi yakin kamu siap nak"

"iya mi,insha Allah. tapi tolong beri qila waktu ya"

---

jangan lupa VOTE,KOMEN,dan FOLLOW penulisnya.💕

(sok maksa)😁

𝐇𝐚𝐥𝐚𝐥 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang