Kapal terombang ambing di tengah lautan,diantara badai yang sedang menghujam. Tak dapat ditebak, apakah aku masih bisa selamat ditengah ini semua atau malah mati tenggelam karena rasa ketidaktahuan ini.
Diperjalanan menuju masjid untuk acara kajian besok, aku curhat dengan Tiana percakapan umi tadi di dapur.“ Ti,menurut kamu maksud umi ngomong gitu apa ya?. Emangnya aku lupa ingetan? Aku jatoh atau kecelakaan aja kan gak pernah ya?”
” Udah kamu ga usah pikirin lagi, mungkin yang umi kamu maksud itu bukan kamu. Tapi orang lain.”
“ Tapi, umi ceritain tentang mimpi aku ti.” Ujarku.
Aku menceritakan yang katanya hanya bunga tidur itu, yang mungkin sekarang mulai aku anggap serius. Kata Tiana, aku harus menganggap biasa saja. Tapi aku malah penasaran, dengan ekspresi semua orang yang aku ceritakan mimpiku itu, tak terkecuali Tiana. Hanya mereka, dan Allah yang tau. Tapi aku berfikir untuk menceritakan ini semua pada Fatih, hatiku mengatakan ia juga tau sesuatu.
Tapi,mana mungkin? Dia aja kan baru ya pindah kesini. Dan aku juga baru melihatnya. Walaupun, wajahnya itu nggak asing sih. Tak lama, aku dan Tiana sudah sampai di teras masjid. Aku langsung masuk dan mulai melakukan persiapan untuk kajian besok.
***
Kajian hari ini, mengangkat tema tentang indahnya sebuah keikhlasan. Para hadirin sudah banyak yang memenuhi tempat yang telah disediakan. In syaa Allah, semoga hari ini lancar. Tak ada hambatan. Tamu undangan pun sudah datang. Acara dimulai dengan mc yang membacakan rentetan acara yang akan dilaksanakan yang diawali dengan pembacaan Qur’an oleh Fatih.Oh ya, ngomong ngomong soal Fatih. Aku sudah menerima lamarannya, dan rencananya. Dia akan datang besok ke rumah, in syaa Allah setelah aku istikharah dan hatiku yang sudah mantap. Ini awal yang baru, aku juga sudah menelfon tante Ransya untuk meminta do’anya.
Kajian ini diisi oleh Hafidz muda, Taqy Malik. Kalian pasti tau dia kan?
“ Acara selanjutnya, ialah tausiah oleh Hafidz muda Taqy Malik. Dengan beliau saya persilakan.” Ujar MC.
“ Qil, dia sangat menginspirasi ya?” ujar Tiana kepada ku.
Aku hanya derdehem saja, sambil memperhatikan tausyiah yang disampaikannya.
Waktu begitu cepat, tak terasa 30 menit sudah berlalu, Taqy malik pun sudah selesai mengisi tausiyah. Aku tak tau mengapa ia melihatku seperti itu. Seperti sudah mengenalku. Ia turun dari panggung dan menghampiriku.
“Assalamu’alaikum, syaqila ya?” ujarnya.
Lah ko dia tau?
***
Maaf ya update sedikit,aku lagi nulis cerita baru. Judulnya MENGHEMPAS RASA. dijamin seru,boleh cek profil. Makasih.
Salam sayang,hanifa❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐚𝐥𝐚𝐥 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮
Cerita Pendek𝘉𝘦𝘳𝘫𝘶𝘵𝘢 𝘫𝘶𝘵𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘢𝘱𝘪, 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘶? _____________________________