26 - Feeling

2K 85 1
                                    


“ Banyak yang terjadi adalah hal yang tak pernah kita setujui kedatangannya, kenyataannya, dan rasanya.”

Syaqilla Amira Zulfa-

***

       Rasa cemas menghantui jiwa ini, bagaimana keadaannya sekarang. Zulfa, aku tahu kamu adalah sosok yang kuat. Aku yakin zulfa, kamu bisa lewatin ini semua dengan baik. Dzikir tak selesai kurapalkan sedari tadi.

“Assalamu’alaikum bu.” Ujarku dari luar pintu.

“ Wa’alaikumussalam nak. Bagaimana? Sudah diantarkan? ” Tanya Ibu.

“ Sudah bu, tapi.” Ucapku ragu.

“ Tapi apa nak? ”

“ Ada suatu hal yang ingin Fatih bicarakan dengan Ibu tentang Zulfa.”

“ Ibu, yang pertama sekali Fatih ingin sampaikan adalah keluarga Zulfa, khususnya Ummi Zulfa tidak setuju dengan pernikahan ini bu. Fatih harap, Ibu sabar dengan hal ini. Ini bukan seperti yang Ibu fikirkan.”

“ Bagaimana bisa nak? Sedangkan kemarin kelurganya sudah setuju? ”

“ Kemarin, sewaktu Fatih dipanggil oleh Ayah Zulfa ke ruangannya.”

flashback

        Om Amir mengajakku untuk pergi ke ruangannya, aku tahu ini hal yang serius. Aku tahu, ini adalah hal yang pasti dibicarakan lagi dan lagi.

“ Fatih, kamu tahukan Ummi Syaqilla tidak akan setuju bila beliau melihat kamu?”

“ Saya tahu om, dan saya terima semua konsekuensinya.”

“ Apa yang membuat kamu tetap mengambil keputusan ini nak? Kami sudah benar – benar tersakiti dengan perilaku mu. Walau, keluarga kami sudah memaafkannya.”

“ Saya benar – benar meminta maaf om yang sebesar – besarnya. Tapi saya hanya ingin menjaga zulfa dengan baik.”

“ Apa benar yang kamu ucapkan itu? Lantas bagaimana dengan kejadian beberapa tahun silam? Bagaimana itu bisa terjadi kalau bukan karena nafsu dan kecerobohan mu yang menginginkan anak saya?.”

“ Saya berjanji om, ini bukan karena nafsu atau kecerobohan lagi. Saya benar – benar tulus ingin menikahi Zulfa setelah beberapa tahun saya memperbaiki diri.”

“ Saya tidak yakin.” Ucap Amir tegas.

“ Apa yang membuat Om yakin kepada saya?.”

“ Kembalikan ingatannya, dan saya akan percaya kepada kamu.” Tegasnya.

“ Saya akan menerima lamaran ini, agar putri saya bahagia, dan kesempatan kamu untuk membuat ingatannya pulih.”

      Aku hanya terdiam, entah apa yang kini harus kulakukan. Zulfa mempunyai amnesia yang permanen yang mustahil bila kembali pulih, dan aku takut bila kembali pun ia akan tahu kejadian yang sebenarnya, aku takut hal ini hanya menghancurkan hatinya. Zulfa, ini akan berat tapi aku akan mencobanya. Kita sama – sama berjuang ya. Batinku.

𝐇𝐚𝐥𝐚𝐥 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang